Bukan Resto Maupun Kafe Ber-AC atau Perkantoran, Satgas Penanganan Covid-19 Ungkap Tempat Tak Terduga yang Jadi Penyebaran Tertinggi
GridHITS.id- Penyebaran corona di tanah air masih sangat tinggi dan menyebar.
Angka penderita positifnya naik terus hari demi hari.
Nah, ternyata tempat penularan tertinggi tak terjadi di resto-resto, kafe-kafe, tempat perkantoran yang tertutup dan ber-AC.
Sebelumnya orang menduga, tempat-tempat di atas merupakan yang paling tinggi berkontribusi pada penyebaran wabah corona.
Hal ini sangat beralasan karena berbagai tempat itu sangat tertutup hingga sirkulasi udara tidak lancar.
Akibatnya, virus mudah berkembang dan menyebar bila ada penderita covid-19 yang berkunjung atau salah satu pegawainya menderita corona.
Tapi nyatanya berdasarkan survei tidak demikian.
Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, kasus Covid-19 saat ini didominasi oleh klaster perumahan.
"Kalau kita lihat analisis data klaster di seluruh indonesia, yang paling tinggi itu justru klaster perumahan. Lokal transmisi di tengah masyarakat itu tinggi sekali," ujar Dewi dalam talkshow yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Senin (27/7/2020).
"Itu memang masih majority-nya (mayoritas) dari pasien positif yang datang ke rumah sakit adalah dari permukiman," lanjut dia.
Tingginya transmisi lokal ini diduga karena banyak orang yang tak menyadari terjangkit virus corona.
Karena tidak menyadari telah terjangkit, orang tersebut beraktivitas seperti biasa di lingkungan permukimannya.
"Sehingga, kita lalu menemukan klaster-klaster baru di sekitar wilayah itu yang saling berdekatan," ungkap Dewi.
Oleh sebab itu, Dewi menegaskan, peran masyarakat dalam menekan laju penularan Covid-19 sangat penting.
Masyarakat diminta terus menjalankan protokol kesehatan.
"Dengan kita tetap disiplin terapkan protokol kesehatan di mana pun berada, kita bisa mencegah penularan itu. Jaga jarak, pakai masker, rajin mencuci tangan, hindari keluar rumah jika tidak mendesak," tambah Dewi.
Dewi menambahkan, penjagaan perbatasan wilayah terbukti mampu menekan angka kasus positif Covid-19 yang berasal dari luar (imported case).
Ia mencontohkan wilayah Raja Ampat, Gunung Singkawang di Kalimantan Barat, dan Pasaman di Sumatera Barat yang memasuki kategori zona hijau.
"Yang kita pelajari juga di antaranya adalah satu, mereka dengan tetap menjaga perbatasan wilayah keluar masuk. Ini salah satunya, karena ini mungkin menghindari adanya imported cases dari luar ke dalam,” kata Dewi.
Letak geografis Indonesia yang berjarak menguntungkan dalam memperlambat laju penyebaran Covid-19.
Ia menilai, penjagaan akses keluar masuk suatu wilayah secara ketat dapat mengantisipasi penularan virus corona.
Dengan begitu, jika ada orang yang diketahui positif, harus menjalani proses karantina lebih dahulu sebelum memasuki suatu wilayah.
"Jadi kalau kita lihat kabupaten/kota di Indonesia secara geografis juga agak-agak jauh dengan yang lainnya," ucap Dewi.
"Sehingga, ketika perbatasannya dijaga dengan baik, maka bisa jadi kasus penularan dari luar ke dalam ini dapat ditahan," tutur dia.
Zona merah bertambah Di sisi lain, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan adanya penambahan 18 kabupaten/kota berstatus zona merah dalam sepekan.
Pada 19 Juli lalu, Gugus Tugas mencatat ada 35 kabupaten/kota berstatus zona merah atau risiko tinggi penularan.
Namun, pada 26 Juni, jumlahnya sudah bertambah menjadi 53.
"Terlihat kenaikan persentase jumlah kab/kota yang jumlah risiko tinggi yaitu merah dari minggu lalu 6,81 persen jadi 10,31 persen," kata Wiku dalam jumpa konferensi pers dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Dalam rentang waktu yang sama, Gugus Tugas juga mencatat penambahan kabupaten/kota berstatus zona oranye.
Zona oranye yang semula berjumlah 169 kini bertambah menjadi 185.
"Zona oranye risiko sedang naik menjadi 35,99 persen dari pekan lalu 32,8 persen," kata Wiku.
Wiku menyebutkan, bertambahnya kabupaten/kota berstatus zona merah dan oranye ini harus menjadi perhatian bersama.
Ia meminta masyarakat dan pemerintah daerah itu untuk terus meningkatkan kedisiplinan mematuhi protokol kesehatan.
"Ini bukan kabar yang menggembirakan, perlu jadi perhatian kita bersama," kata dia.
Wilayah dengan jumlah kematian tertinggi Seiring dengan penambahan zona merah itu, kasus pasien Covid-19 meninggal dunia masih terus terjadi.
Berdasarkan data dari Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, kasus kematian tertinggi akibat Covid-19 terjadi di Surabaya dengan 803 kematian.
Kemudian, secara berurutan kabupaten/kota dengan jumlah kematian tinggi yakni Kota Semarang (lebih dari 250 kematian), Kota Makassar (214 kematian), Jakarta Pusat (180 kematian), dan Jakarta Timur (156 kematian).
Baca Juga:Kabar Baik Bansos Covid-19 2020 Diperpanjang hingga Akhir Tahun Namun Nilainya harus Dipangkas, Berikut Cara Mengecek Kepesertaannya
Berdasarkan penghitungan angka kematian per 100.000 penduduk, diketahui bahwa angka kematian tertinggi tercatat di Kota Surabaya dengan 27,22 persen dari 100.000 penduduk.
Disusul Kota Banjarmasin dengan 18,20 persen dari 100.000 penduduk, Kota Manado dengan 18,17 persen, Kota Palangkaraya dengan 17,94 persen, dan Kota 17,26 persen.
Meski demikian, ada sebanyak 238 kabupaten/kota di Indonesia atau 46 persen yang tidak tercatat ada angka kematian karena Covid-19. Lalu, ada 78 kabupaten/kota yang jumlah kematiannya hanya satu orang.
Selain itu, ada 26,65 persen daerah yang angka kematiannya dua hingga 10 orang.
Kapan puncak wabah? Ketua Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo belum bisa memprediksi waktu puncak pandemi virus corona atau Covid-19 di Indonesia.
Sebab, saat ini kasus Covid-19 masih fluktuatif setiap harinya.
Ada daerah yang tren kasus positifnya sudah menurun, tetapi di sejumlah daerah masih terjadi peningkatan.
"Sampai saat ini saya juga belum tahu kapan puncak tiba. Melihat perkembangan fluktuatif, ada daerah yang mengalami penurunan, ada juga yang meningkat. Kita lihat kasusnya juga berbeda-beda," kata Doni Monardo seusai rapat dengan Presiden Jokowi, Senin (27/7/2020).
Untuk itu, Doni meminta masyarakat disiplin dan patuh mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus semakin meluas.
Baca Juga:Penting! Begini Cara Ngecek Jika Bansos Covid-19 Tahun 2020 dari Pemerintah yang Tak Kunjung Turun
Ia menekankan, masyarakat tak boleh bosan untuk memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak aman, dan tidak berkerumun.
Doni meminta masyarakat meningkatkan kesadaran bahwa Covid-19 merupakan ancaman yang nyata.
"Dalam berbagai kesempatan, saya sering mengatakan Covid-19 ibarat malaikat pencabut nyawa. Korban di seluruh dunia sudah lebih dari 600.000 orang," ujar dia.
Berbeda dari Doni, Presiden Joko Widodo sebelumnya memprediksi puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia akan terjadi pada Agustus atau September 2020.
"Kalau melihat angka-angka memang nanti perkiraan puncaknya ada di Agustus atau September, perkiraan terakhir," kata Presiden saat berbincang dengan wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (13/7/2020), dikutip dari Tribunnews.com.
Namun, Presiden Jokowi menyebutkan, prediksi tersebut dapat berubah apabila virus corona tidak dikendalikan.
Oleh karena itu, dia meminta para menteri bekerja keras menekan penyebaran virus corona.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Awas! Perumahan Jadi Tempat Penularan Covid-19 Tertinggi"