Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sriwijaya Air Jatuh Bawa 56 Orang, Teknologi Kapsul Penyelamat ini Kembali Jadi Perbincangan karena Bisa Selamatkan Nyawa Penumpang

Safira Dita - Minggu, 10 Januari 2021 | 14:00
Sriwijaya Air Jatuh Bawa 56 Orang, Teknologi Kapsul Penyelamat Ini Kembali Jadi Perbincangan Karena Bisa Selamatkan Nyawa Penumpang
TRIBUNNEWS/ DANY PERMANA

Sriwijaya Air Jatuh Bawa 56 Orang, Teknologi Kapsul Penyelamat Ini Kembali Jadi Perbincangan Karena Bisa Selamatkan Nyawa Penumpang

GridHITS.id -Teknologi kapsul penyelamat kembali jadi perbincangan setelah Pesawat Sriwijaya Air jatuh membawa 56 orang penumpang.

Dikabarkan sebelumnya jika Pesawat Sriwijaya Air SJ 182sempat mengalami keterlambatan 49 menit dari jadwal semula.

PesawatSJ 182 rute Jakarta - Pontianak itumembawa penumpang yang hingga kini masih dalam pencarian.

Baca Juga:Satu Kantong Jenazah Korban Pesawat Sriwijaya Air Tiba Dini Hari di RS Polri Kramat Jati, Polisi: Keluarga Diharap Datang Bawa Dokumen Resmi

Baca Juga:Kabar Gembira, Kini Beli Tiket Pesawat Citilink Gratis Rapid Test, Berikut Syarat dan Ketentuannya

Pesawat dilaporkan hilang setelah 4 menit lepas landas dengan ketinggian terakhir pada 250 kaki.

Berdasarkan manifes yang beredar, pesawat tersebut mengangkut 56 penumpang yang terdiri dari 46 orang dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi, dan 6 kru.

Tragedi kecelakaan pesawat sudah beberapa kali terjadi di Indonesia.

Perbincangan soal keamanan penerbangan pun mencuat lagi, termasuk soal inovasi teknologi keamanan pesawat terbang.

Sempat muncul video tentang teknologi keamananan penerbangan yang diciptakan oleh ilmuwan asal Rusia.

Dalam video itu ditampilkan simulasi pesawat terbang komersil yang mengalami kecelakaan saat mengudara.

Namun, desain kabin pesawat itu berbeda dari pesawat pada umumnya.

Semua penumpang dimasukkan dalam sebuah kapsul yang terbuat dari bahan polimer.

Kapsul itu seperti selubung yang terpisah dari badan pesawat.

Baca Juga:Tambah Deretan Bencana Selain Covid-19 dan Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air di Awal Tahun 2021, Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas Sejauh 600 Meter

Baca Juga:Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang Jatuh Sudah Beroperasi Sejak 1994, Pakar Ungkap Bukan Usia Pesawat yang Berbahaya tapi Hal ini

Saat pesawat itu mulai terbakar di bagian sayap kanan dan mengeluarkan asap hitam tebal, kapsul polimer tadi otomatis langsung terlepas keluar dari badan pesawat, dilengkapi parasut yang langsung mengembang.

Saat badan pesawat tersebut, yang sudah tak lagi berisi penumpang, terus jatuh dan akhirnya meledak dan hancur.

Kapsul yang berisi penumpang tadi mendarat aman di darat maupun di laut, karena sudah diterbangkan oleh dua parasut besar di atasnya.

Bila jatuh di laut, kapsul itu langsung mengeluarkan sirip yang berfungsi sebagai pelampung.

Sehingga, kapsul itu langsung mengapung di air, sampai tim SAR dan pertolongan pertama tiba di lokasi.

Lantas, bagaimana nasib pilot dan kopilot di dalam ruang pengendali pesawat? Video itu tak menjelaskannya.

Namun, kemungkinan teknologi ini mengadaptasi pesawat militer, di mana pilot dan kopilot bisa langsung mengaktifkan tombol pelontar di kursi mereka, bila pesawat mengalami masalah dan akan jatuh.

Penelusuran Wartakotalive, inovasi pesawat di dalam video ini ditemukan oleh Gamil Halidov, ilmuwan asal Rusia.

Dikutip dari express.co.uk pada artikel berjudul 'Life-saving PLANE CRASH escape system is being IGNORED, says inventored' yang dipublikasikan pada 11 November 2015.

Gamil Halidov mengaku pernah menawarkan teknologi hasil rancangannya tersebut kepada produsen pesawat besar yang nggak ia sebutkan namanya, namun ditolak mentah-mentah.

Baca Juga:Tak Cuma Wajib Swab Antigen, Kini Penumpang Pesawat Dilarang Makan dan Minum Sebagai Syarat Perjalanan

Baca Juga:Makin Ketat Demi Cegah Covid-19, Calon Penumpang Pesawat Wajib Tes Swab dan Bukan Lagi Rapid Test

Gamil Halidov merancang teknologi ini karena terinspirasi kecelakaan pesawat Metrojet dengan nomor penerbangan 9268, yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan Kogalymavia asal Rusia.

Pesawat itu jatuh di Semenanjung Sinai pada 31 Oktober 2015, setelah lepas landas dari Bandara Sharm el-Sheikh di Mesir, menuju Bandara Pulkovo, St Petersburg, Rusia.

Pesawat berjenis Airbus A321 itu mengangkut 217 penumpang dan tujuh kru pesawat, dan semuanya tewas ketika pesawat tersebut patah dan hancur di udara.

Jauh sebelum kecelakaan itu terjadi, Gamil Halidov bahkan mengaku sudah merancang ide kapsul dalam pesawat itu sejak tahun 2000.

Kapsul yang dirancangnya terbuat dari bahan polimer, yang nggak hanya tahan tekanan udara, tetapi juga nggak bisa tenggelam atau terbakar.

Dia memperkirakan, kapsul itu beratnya nggak akan lebih dari 2-4 ton, sehingga nggak akan signifikan mempengaruhi kinerja pesawat atau menambah konsumsi bahan bakar.

Baca Juga: Aksi Risma Blusukan Temui Tunawisma dan Gelandangan Disorot, Budayawan Betawi Sebut Ada Kesalahan Informasi yang Sampai ke Mensos

"Para desainer pesawat selalu meningkatkan konstruksi."

"Tetapi mereka nggak melakukan apa pun untuk membantu menyelamatkan nyawa penumpang, ketika semuanya berjalan salah," ujar Gamil Halidov.

Ia mengatakan, kapsul tambahan rancangannya itu bakal menambah biaya ongkos pembuatan pesawat sebesar lima hingga tujuh persen.

Baca Juga:Ingin Naik Pesawat Saat Masih Pandemi Covid-19, Simak Aturan Baru dan Syaratnya dari Kemenhub

Baca Juga: Ditemukan Banyak Potongan Daging yang Diduga Serpihan Tubuh Manusia , Heboh Terdengar Teriakan 'Tolong Ada Api' di Sekitar Lokasi Kejadian Sriwijaya Air Jatuh

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul: Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, Kapsul Ini Diperbincangkan Lagi, Bisa Selamatkan Nyawa Penumpang

Source : Wartakota

Editor : Hits

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x