GridHITS.id -Duka tengah menyelimuti masyarakat Tanah Air atas bencana Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di Kepulauan Seribu.
Seperti dikabarkan sebelumnya jika Pesawat Sriwijaya Air SJ182 jatuh dari ketinggian 3000 meter dalam waktu kurang dari satu menit.
Pesawat Sriwijaya Air SJ182 jurusan Jakarta-Pontianak jatuh di Kepulauan Seribu, pada Sabtu (9/1/2021) siang kemarin.
Baca Juga:Makin Ketat Demi Cegah Covid-19, Calon Penumpang Pesawat Wajib Tes Swab dan Bukan Lagi Rapid Test
Hal tersebut diketahui setelah sebelumnyaPesawat Sriwijaya Air SJ182 dilaporkan kehilangan kontak.
Pesawat yang mengangkut 46 penumpang dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi, dan 6 kru penerbangan itu dikabarkan hilang kontak di atas Kepulauan Seribu.
Hingga akhirnyaPesawat Sriwijaya Air SJ182 dikabarkan jatuh pada ketinggian empat menit pasca-lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Sabtu (9/1/2021) pukul 14.30 WIB.
Pesawat dengan nomor penerbangan SJ182 itu seharusnya tiba pada pukul 15.15 WIB di Bandara Soepadio, Pontianak.
Hal tersebut diketahui GridHITS dari laporan yang diunggah oleh akun Twitter Flightradar24, pada Sabtu, (09/01/2021) kemarin.
"Sriwijaya Air penerbangan #SJ182 kehilangan ketinggian lebih dari 10.000 kaki dalam waktu kurang dari satu menit, sekitar empat menit setelah keberangkatan dari Jakarta," tulis Flightradar24.
Dirangkum GridHITS dari KompasTekno, mesin Pesawat Sriwijaya Air SJ182 diketahui telah berusia puluhan tahun dan pernah dipakai maskapai Amerika.
Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (1/9/2020) merupakan pesawat lama yang beroperasi sejak 1994.
Meski demikian, pesawat tipe B737-500 yang telah berusia 26 tahun lebih 7 bulan ini baru digunakan Sriwijaya Air selama 8 tahun belakangan sejak 2012.
PesawatSriwijaya Air SJ182terbang perdana pada 13 Mei 1994 saatmaskapai AS, Continental Airlines lah yang pertama kali menerbangkannya sejak keluar dari pabrik pada 1994.
16 tahun berselang,Sriwijaya Air SJ182 ini kemudian digunakan oleh maskapai United sejak 2010.
Hingga barupada Mei 2012, Pesawat Sriwijaya Air SJ182 ini resmi dioperasikan oleh penerbangan Sriwijaya Air.
Terkait lamanya mesin Pesawat Sriwijaya Air SJ182 menjadi tanda tanya bagi masyarakat awan terkait keselamatannya.
Mungkin banyak dari masyarakat yang menilai keselamatan pesawat dari seberapa baru dan modern tampilannya.
Terkait hal tersebut, dirangkum GridHITS dari cntraveler, ada yang lebih berbahaya darisebuahpesawat tua, yaitu perawatan rutin.
Hal tersebut diungkapkan olehBruce Landsberg, mantan presiden Institut Keamanan Udara Asosiasi Pemilik dan Pilot Pesawat yang dirangkum dari cntraveler.
Menurut Landsberg, berbahayanya pesawat tua sepertiPesawatSriwijaya Air SJ182 tersebut tergantung pada pemeliharaannya.
"Itu tergantung," kata Bruce Landsberg, mantan presiden Institut Keamanan Udara Asosiasi Pemilik dan Pilot Pesawat.
“Ini pada akhirnya tentang pemeliharaan. Terkadang ini masalah keberuntungan, masalah desain, atau masalah bagaimana pesawat digunakan atau disalahgunakan,” kata Landsberg.
Lebih lanjut, ia mencatat bahwa perawatan yang konsisten adalah kunci dari masa pakai pesawat yang panjang.
Baca Juga: Tak Habis Pikir! Wanita Ini Keluar dari Pintu Darurat dan Berjalan di Sayap Pesawat karena Kepanasan
Dia juga mengatakan bahwa nantinya peristiwa ini menjadikan persyaratan perawatan pesawatseperti Sriwijaya Air SJ182 menjadi jauh lebih ketat.
"FAA dan maskapai penerbangan menjadi jauh lebih sensitif terhadap pesawat yang menua." (Misalnya, semua pesawat yang digunakan untuk penerbangan komersial harus lulus pemeriksaan keselamatan setiap 100 jam waktu terbang.)
Menjadi catatan jika merupakan hal yang umum untuk melihat pesawat berusia 20, 25 dan bahkan 30 tahun digunakan.
Hal tersebut karena Boeing dan Airbus membuat pesawat penumpang untuk bertahan lebih lama daripada mobil.
“Inti dari sebuah pesawat sangat mahal, dan dibuat terlalu banyak. Mereka sangat tahan lama. Mereka harus begitu, ”kata Landsberg.
Menurut airfleets.net, situs web yang memantau armada maskapai utama dunia, setiap maskapai penerbangan memiliki rencana suksesi yang berbeda terkait pesawat tua.
Delta Air Lines memiliki usia armada rata-rata tertua di antara operator global terbesar di dunia, yaitu 17 tahun.
Air Canada dan United Airlines mengikuti dengan usia rata-rata pesawat masing-masing 14,2 dan 14,1 tahun.
Pesawat seperti Boeing 737 atau Airbus 320, yang sering terbang ke banyak rute domestik per hari, cenderung memiliki umur yang lebih pendek, kata Landsberg.
“Sesuatu yang naik turun lebih sering akan lebih cepat rusak daripada sesuatu yang biasa terbang di atas Atlantik,” katanya.
Pada akhirnya, kata Landsberg, usia pesawat tua sepertiPesawat Sriwijaya Air SJ182 tidak mempengaruhi keselamatan bila perawatannya terjaga.
“Salah satu lelucon standar dalam bisnis penerbangan adalah pelanggan yang menanyakan apakah pesawatnya aman, dan pilot berkata, 'Menurut Anda, bagaimana ini menjadi setua ini?'" tanyaLandsberg.
Baca Juga: Kabar Gembira, Kini Beli Tiket Pesawat Citilink Gratis Rapid Test, Berikut Syarat dan Ketentuannya
Baca Juga: Ingin Naik Pesawat Saat Masih Pandemi Covid-19, Simak Aturan Baru dan Syaratnya dari Kemenhub