"Produksi vitamin D akan turun karena faktor usia, yakni kulit menipis, konsentrasi 7-dehidro-kolesterol menurun dalam epidermis, pigmentasi kulit (kulit berwarna lebih gelap), dan penggunaan tabir surya," ujar Tan.
Konsumsi suplemen vitamin D Meski ada beberapa upaya untuk memenuhi kebutuhan vitamin D, orang-orang cenderung memilih jalan pintas dengan mengonsumsi suplemen vitamin D.
Menurut dia, mereka yang mengonsumsi suplemen vitamin D melewatkan kesempatan yang mudah dalam mendapatkan vitamin tersebut.
"Saya sih punya prinsip, jika kita punya Matahari, orangnya sehat, enggak uzur-uzur amat, lha ngapain minum suplemen? Ini kayak punya dapur, kulkas isi bahan makanan, punya peralatan masak, tapi catering setiap hari," ujar Tan.
Ia mengingatkan agar tak sembarangan mengonsumsi suplemen vitamin D, sebaiknya tidak asal-asalan mengonsumsi.
"Harus dicek dulu kategori vitamin D dalam plasma itu insufisiensi atau defisiensi, karena kita enggak bisa ambil tindakan jika belum tahu kondisi saat ini gimana," lanjut dia.
Oleh karena itu, Tan mengimbau agar berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter ahli gizi sebelum mengonsumsi suplemen vitamin D.
Sebab, vitamin D tidak hanya berperan dalam kekuatan dan kesehatan tulang, melainkan berperan dalam metabolisme ginjal dan organ dalam lainnnya.
Dampak Kelebihan Vitamin D Melansir Healthline, ada enam efek samping jik mengonsumsi vitamin D terlalu banyak.
1. Peningkatan kadar darah Sebuah studi menemukan, seorang wanita memiliki kadar vitamin D 476 ng/ml (1.171 nmol /l) setelah mengonsumsi suplemen yang memberinya 186.900 IU vitamin D3 per hari selama dua bulan.