Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Tarifnya Bisa Capai Harga 900 Ribu, Se Efektif Apakah Sebenarnya Rapid Tes? Simak Penjelasannya Berikut Ini

Hanifa Qurrota A'yun - Kamis, 23 Juli 2020 | 09:00
Biaya Rapid Test Ditetapkan Lebih Murah dari Sebelumnya, Seorang Ahli Malah Minta Dihentikan: Nggak Ada Gunanya, Buang Duit, Buang Tenaga!
pixabay.com

Biaya Rapid Test Ditetapkan Lebih Murah dari Sebelumnya, Seorang Ahli Malah Minta Dihentikan: Nggak Ada Gunanya, Buang Duit, Buang Tenaga!

Di Indonesia, beberapa pengamat sudah mempertanyakan akurasi dan keterbatasan rapid test dalam penanganan Covid-19.

Elina Ciptadi dari Kawal Covid-19 merujuk ke kasus-kasus di mana rapid test gagal mendeteksi kasus positif Covid-19, seperti yang terjadi pada salah satu tenaga kesehatan di Sidoarjo yang akhirnya meninggal dunia beberapa pekan lalu."Almarhum dr Gatot sudah dirapid test dua kali dan hasilnya non-reaktif, tapi kemudian dia rontgen paru-parunya sudah putih, lalu diswab, dan hasilnya positif," kata Elina kepada ABC.

Elina menambahkan, ada juga kejadian penumpang pesawat dari Jakarta, yang rapid testnya non-reaktif sehingga boleh terbang, tapi sampai di Padang dan diswab, hasilnya ternyata positif."Nah, karena sebelumnya hasil rapid test non-reaktif, mereka jadinya tidak diisolasi dan ini berpotensi menularkan ke orang lain."

Penelitian di Australia dan negara lain menemukan rapid test tidak memberikan hasil yang cukup akurat dalam mengenali tanda-tanda apakah seseorang tertular virus corona.

Terdapat dua istilah dalam melakukan pengetesan, yaitu test sensitivity atau kepekaan tes untuk memeriksa pasien yang sudah terinfeksi. Satu lagi test specificity atau tes yang lebih khusus bagi yang belum terinfeksi.

"Satu hal yang sudah sangat jelas adalah tes ini memiliki peran terbatas dalam mendiagnosa Covid-19 yang parah," kata Profesor Williamson.

"Jika rapid test digunakan di tahap sangat awal di mana keadaan antibodi seseorang belum terlihat kondisi sebenarnya, hasil tes negatif yang salah adalah kemungkinan yang mengkhawatirkan."

Baca Juga: Gugus Tugas Resmi Dibubarkan Presiden Joko Widodo, Warganet Penasaran Kesibukan Ahmad Yurianto Setelah Tak Lagi Muncul di TV Setiap Hari, Ternyata Pekerjaanya Bukan Main-main

Baca Juga: Tak Hanya Batal Nikah Lantaran Pandemi Corona, Jessica Iskandar dan Richard Kyile Dikabarkan Putus, Saling Unfollow Hingga Beri Sindiran Keras Soal Parasit Dalam HidupMisinformasi yang dikembangkan oleh pemerintah Irma Hidayana dari Lapor Covid-19 juga menyayangkan salah kaprah tentang rapid test di masyarakat.

"Ini misinformasi yang dikembangkan oleh pemerintah. Masyarakat masih mengira rapid test adalah untuk mendiagnosa. Padahal bukan," kata Irma kepada ABC.Ia menambahkan, misinformasi ini terus dirawat oleh pemerintah, karena eksistensi rapid test dalam mekanisme prosedur untuk mengidentifikasi apakah orang itu positif Covid-19 masih masuk dalam bagian dari observasi diagnosa.

"Kami menyesalkan (rapid test) itu sebenarnya, karena awalnya pemerintah kayaknya sih udah tahu ya kalau memang rapid test itu tidak akurat dan bukan alat diagnosa, meskipun kalau untuk contact tracing masih bisa."

Selain menjadi persyaratan yang harus dilakukan secara mandiri sebelum melakukan perjalanan, rapid test juga masih dipakai untuk menentukan tes PCR pada pasien dalam pengawasan (PDP).

Source :Kompas.com

Editor : Hits

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x