Ketahuilah, dalam minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat merusak kesehatan dalam tubuh.
Minyak jelantah menjadi bahaya karena kandungan lemak tidak jenuh serta berbagai vitamin dalam minyak seperti A, D, E dan K semakin sering digunakan minyak berulang kali maka kandungan tersebut akan mengalami penyusutan. Dan akan menyisakan asam lemak jenuh justru dapat mengakibatkan penyakit berbahaya.
Untuk mengenali bentuk minyak jelantah bisa dilihat dari warnanya yang coklat gelap, kental dan berbau tengik.
Minyak yang sering digunakan berkali-kali jadi sarang untuk perkembangbiakan sebagai jenis bakteri. Salah satunya yaitu Clostridium botulinium, bakteri penyebab penyakit dalam tubuh.
Dimana bakteri tersebut akan makan dari partikel dan remah-remah sisa gorengan yang ada diwajan atau minyak, maka menggoreng dengan minyak bekaspun akan membuat tubuh rentan kena infeksi bakteri.
Dalam sebuah penelitian penggunaan minyak goreng secara berulang kali atau penggorengan menggunakan minyak jelantah, hasilnya mengkonsumsi gorengan yang berlebih sangat berpengaruh pada kenaikan kolesterol, karena pada suhu yang tinggi digunakan oleh penjual gorengan dan penggunaan minyak berkali kali akan mengakibatkan ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak, sehingga tinggal asam lemak jenuh saja.
Penggunaan minyak jelantah juga akan menyebabkan penumpukan lemak, asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat dan asam kaprat jika dikomsumsi dalam jumlah berlebih, dapat meningkatkan kadar kolesterol naik, karena lemak jenuh tersebut akan mengalami hidrolisis selama proses pencernaan yaitu dirubah menjadi molekul seperti endapan yang ditimbun di sel dan jaringan lemak.
Sedihanya dalam penelitian ditemukan fakta, 85% masyarakat mengatakan tidak mengetahui bahwa mengonsumsi gorengan dalam jangka waktu yang panjang akan mempengaruhi kenaikan kolesterol, dan 25% lainnya hanya mengetahui bahwa mengkonsumsi gorengan dalam jangka yang panjang hanya menyebabkan tenggorokan gatal dan batuk.
Perbandingan kolesterol yang normal dengan kolesterol responden, dimana jumlah kelosterol yang ideal yakni <100 mg/dl.
Minyak jelantah masih bisa digunakan, dan ini solusi terbaik daripada dikonsumsi ataupun dibuang ke alam. Yaitu menjadikannya Biodisel.
Jadi minyak jelantah jelantah bisa digunakan sebagai pengganti untuk petroleum-based diesel, karena biodisel adalah daya energi yang dapat diperbaharui dan sumber energi yang ramah energi.