Meski begitu, saluran cerna juga bisa menjadi sumber ancaman.
"Di sisi lain, saluran cerna juga menjadi pintu masuk bagi bibit penyakit hingga menyebabkan anak mengalami gangguan atau sakit," tuturnya.
Frieda juga menjelaskan, dua jenis gangguan saluran cerna yang umum dialami bayi:
- Alergi susu sapi (ASS) atau Cows Milk Protein Allergy (CMPA)
- Gangguan Saluran Cerna Fungsional atau Functional Gastrointestinal Disorder (FGDI).
FGDI bisa terjadi secara kronis atau dalam jangka panjang, maupun rekuren yakni dialami berulang kali.
Faktor utama penyebab FGDI menurut Frieda adalah belum matangnya organ pencernaan anak, hingga sangat mungkin mengalami gangguan karena masih melakukan proses adaptasi.
Penyebab lain munculnya FGDI adalah karena faktor psikososial seperti hubungan bayi dan orangtua di rumah, pola asuh, lingkungan, maupun budaya seperti kebiasaan pemberian makan, dan lain-lain.
Frieda mengatakan, gejala FGDI bisa bervariasi mulai dari kolik, gumoh hingga konstipasi.
Ketiganya bisa terjadi dalam rentang usia yang berbeda-beda dengan gejala yang berlainan pula.
Kolik, misalnya, punya gejala bayi terlihat sulit tenang, rewel, dan menangis kuat dalam waktu lama bisa berjam-jam dengan alasan yang tidak jelas.
Biasanya, kolik akan berkurang bahkan hilang ketika usia anak menginjak 3-4 bulan, kolik tidak mengganggu tumbuh kembang bayi.
Baca Juga: Program ini Berikan Inspirasi Memilih Nutrisi yang Sehat dan Lebih Baik melalui Kampanye Regional