GridHITS.id - Ternyata begini alasan WHO minta vaksin ketiga atau booster dihentikan sementara.
Sebelumnya, baik dari WHO maupun pemerintah Indonesia sempat mendorong percepatan vaksinasi dosis ketiga untuk para tenaga kesehatan demi menurunkan angka Covid-19.
Namun beberapa hari lalu, WHO meminta pemberian vaksin dosis ketiga dihentikan untuk sementara, setidaknya hingga akhir September.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa perlu ada penangguhan dosis ketiga di negara-negara maju, agar sebagian besar vaksin bisa diberikan ke negara-negara berpenghasilan rendah atau yang masih tertinggal dalam program vaksinasinya karena kekurangan pasokan vaksin.
"Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global menggunakan lebih banyak lagi," ujar Tedros.
Sejumlah negara, termasuk Israel dan Jerman, telah mengumumkan rencana melakukan vaksinasi dosis ketiga.
Namun Tedros memperingatkan banyak negara yang lebih miskin tertinggal dalam program vaksinasinya.
Seperti Indonesia - yang telah mengalami lonjakan infeksi dan kematian dalam beberapa bulan terakhir karena varian Delta - baru memvaksinasi 7,9 persen dari populasinya, menurut Our World in Data.
Sementara, di Haiti dan Republik Demokratik Kongo, belum ada penduduk yang menerima dua dosis vaksin.
Menurut WHO, negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang karena kurangnya pasokan.
Lebih jauh Tedros mengatakan, penangguhan vaksin booster di negara-negara maju, akan memungkinkan setidaknya 10 persen populasi di setiap negara untuk mendapatkan vaksinasi.
Mempersempit kesenjangan
Ini adalah seruan keras dari WHO, karena badan tersebut berusaha untuk mempersempit kesenjangan antara negara-negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah.
Itu ingin 10 persen orang di setiap negara divaksinasi bulan depan, tetapi target itu tidak mungkin terpenuhi dengan kondisi seperti sekarang.
Sementara itu, Israel telah memulai memberikan vaksin booster kepada penduduknya yang berusia di atas 60 tahun.
Sedangkan Jerman baru saja mengumumkan pada Selasa (3/8/2021), bahwa negara itu akan segera memberikan dosis ketika vaksin Moderna dan Pfizer kepada penduduknya.
Baca Juga: Cukup dari Ponsel, Ini Cara Praktis Daftar Vaksin Covid-19 via Online
Di Inggris, jutaan orang yang diklasifikasikan sebagai kelompok rentan akan mendapatkan vaksin booster pada September mendatang.
Adapun AS belum mengumumkan kebijakan tentang vaksin booster, namun Gedung Putih mengatakan pada Rabu (4/8/2021) bahwa negara itu memiliki dosis yang cukup untuk didistribusikan ke luar negeri dan menjamin seluruh penduduk AS mendapatkan vaksinasi.
"Kami merasa itu pilihan yang keliru, dan kami bisa melakukan keduanya," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
Ini bukan pertama kalinya Tedros meminta negara-negara kaya untuk menyumbangkan pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Pada bulan Mei, ia meminta negara-negara kaya untuk menunda rencana memberikan vaksin kepada anak-anak dan remaja, dan sebagai gantinya menyumbangkan persediaan itu.
Tedros mendesak negara-negara untuk memasok lebih banyak vaksin ke skema vaksin global, Covax.
Namun sejumlah negara, termasuk Inggris, tetap melakukan rencana untuk memvaksinasi anak-anak dan remaja.