Lebih jauh Tedros mengatakan, penangguhan vaksin booster di negara-negara maju, akan memungkinkan setidaknya 10 persen populasi di setiap negara untuk mendapatkan vaksinasi.
Mempersempit kesenjangan
Ini adalah seruan keras dari WHO, karena badan tersebut berusaha untuk mempersempit kesenjangan antara negara-negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah.
Itu ingin 10 persen orang di setiap negara divaksinasi bulan depan, tetapi target itu tidak mungkin terpenuhi dengan kondisi seperti sekarang.
Sementara itu, Israel telah memulai memberikan vaksin booster kepada penduduknya yang berusia di atas 60 tahun.
Sedangkan Jerman baru saja mengumumkan pada Selasa (3/8/2021), bahwa negara itu akan segera memberikan dosis ketika vaksin Moderna dan Pfizer kepada penduduknya.
Baca Juga: Cukup dari Ponsel, Ini Cara Praktis Daftar Vaksin Covid-19 via Online
Di Inggris, jutaan orang yang diklasifikasikan sebagai kelompok rentan akan mendapatkan vaksin booster pada September mendatang.
Adapun AS belum mengumumkan kebijakan tentang vaksin booster, namun Gedung Putih mengatakan pada Rabu (4/8/2021) bahwa negara itu memiliki dosis yang cukup untuk didistribusikan ke luar negeri dan menjamin seluruh penduduk AS mendapatkan vaksinasi.
"Kami merasa itu pilihan yang keliru, dan kami bisa melakukan keduanya," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
Ini bukan pertama kalinya Tedros meminta negara-negara kaya untuk menyumbangkan pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Pada bulan Mei, ia meminta negara-negara kaya untuk menunda rencana memberikan vaksin kepada anak-anak dan remaja, dan sebagai gantinya menyumbangkan persediaan itu.