Apakah dimulai dari saat sampel diambil atau dari saat hasil keluar.
Rapid test sensitivitas rendah Adapun terkait poin rapid test, dia menyampaikan rapid test antibodi memiliki sensitivitas yang rendah.
Sehingga akan memunculkan kemungkinan terjadi false negatif dan false positif yang lebih besar.
Dia mencontohkan, seseorang bisa saja dinyatakan tidak reaktif rapid akan tetapi karena muncul false negatif, saat ditest dengan swab hasilnya positif.
“Memang rapid dibilang jelek semua, nggak ya. Yang oke lumayan ada. Tapi walaupun ada nggak tinggi-tinggi banget.
Tetep ada false negatif dan false positif. False negatif itu misal rapid non reaktif ternyata swab positif. Nah kan mubadzir, sayang,” ujar dia.
Lebih lanjut Aryati menyampaikan, pihaknya menimbau untuk melakukan penjajakan pemeriksaan Test Molekuler (TCM) PCR Virus SARS-CoV-2 atau pemeriksaan antigen virus SARS-CoV-2 dengan sampel swab atau saliva di stasiun atau bandara sesaat sebelum seseorang akan melakukan perjalanan.
“Jangan sampai yang terbang yang positif. Sediakan (TCM PCR) di bandara,” ucapnya.
Aryati menjelaskan TCM PCR memiliki waktu cepat dalam mendiagnosis virus dibandingkan dengan mode PCR lama.
Sehingga menurutnya apabila disediakan di bandara, sebelum pesawat berangkat misalnya pemeriksaan bisa dilakukan sebelum keberangkatan.