Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Garda Depan Covid-19 Kembali Gugur Saat Masyarakat Pilih Berburu Diskon Baju Lebaran

Cynthia Paramitha Trisnanda - Rabu, 20 Mei 2020 | 12:15
Seorang dokter meninggal dunia karena Covid-19, sementara masyarakat masih sibuk belanja lebaran
instagram.com/ikatandokterindonesia

Seorang dokter meninggal dunia karena Covid-19, sementara masyarakat masih sibuk belanja lebaran

GridHits.id -Setelah meninggalnya seorang perawat bernama Ari Puspita Sari, kini kabar duka kembali datang dari garda depan Covid-19.

Pada Selasa (19/5/2020) malam, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memberikan kabar meninggalnya dr Boedhi Harsono, anggota IDI Cabang Surabaya.

Kabar duka itu disampaikan PB IDI di akun instagram mereka, @ikatandokterindonesia.

Baca Juga: Lagi-Lagi, 3 Perawat Diusir dari Indekosnya, Ternyata Pemilik Kos Seorang Bidan

Saat dikonfirmasi, Humas ID, dr. Halik Malik mengatakan dr Boedhi Harsono meninggal pada Senin (18/5/2020) malam di Surabaya.

"Beliau dikabarkan meninggal semalam (Senin malam,-Red) sekitar jam 10 malam di waktu Surabaya," kata Halik, mengutip dariTribunnews.com.

dr Boedhi Harsono, meninggal dunia karena terpapar Covid-19

dr Boedhi Harsono, meninggal dunia karena terpapar Covid-19

Menurut Halik, saat ini jenazah dr Boedhi sudah dimakamkan.

Lebih lanjut, Halik menerangkan, dr Boedhi sudah dirawat dalam beberapa hari terakhir.

Hal tes menunjukkan dr Boedhi positif terinfeski Covid-19.

Baca Juga: Kebahagiaan Pembeli yang Berdesakan-desakan Mendadak Sirna, Berganti Kecemasan Usai Kasir di Pusat Perbelanjaan Medan ini Meninggal karena Positif Corona

Tidak hanya dr Boedhi, sang istri yang juga seorang dokter juga terinfeski virus corona dan saat ini sedang kritis.

"Beliau ini sama-sama kritis dengan istrinya di ICU, kondisinya sudah mendapatkan bantuan pernafasan dengan ventilator. Istrinya juga seorang dokter, saat ini istrinya masih dirawat. Jadi, suami istri positif Covid-19," terangnya.

Menurut Halik, dr Boedhi sudah tidak praktek karena sebelumnya sudah sakit.

Sang istri-lah yang masih praktek dan kemudian terinfeksi virus corona.

Sementara itu, di luaran, masyarakat justru disibukkan dengan aktivitasnya berburu baju lebaran untuk menyambut Idulfitri.

Padahal hal ini tentu dilarang oleh pemerintah karena sejak awal pemerintah menganjurkan untuk melakukan physical distancing.

Bahkan beberapa wilayah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Baca Juga: Tetap Ikut Berjuang Atasi Corona Meski Usia Telah Renta, Dokter Handoko Gunawan Dikabarkan Jatuh Sakit

Salah satunya terlihat dari tumpukan pengunjung Mal CBD Ciledug Kota Tangerang yang videonya viral beberapa hari ini.

Pusat perbelanjaan Roxy mall ramai dikunjungi pembeli

Pusat perbelanjaan Roxy mall ramai dikunjungi pembeli

Kepala Bidang Penegakan Hukum Satpol PP Kota Tangerang Gufron Falfeli mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Minggu (17/5/2020).

"Itu (kerumunan) informasinya hari Minggu," tutur Gufron saat dihubungi melalui telepon, Selasa (19/5/2020), mengutip dariKompas.com.

Gufron mengatakan, sebenarnya mal tersebut diizinkan untuk tetap buka karena mengantongi izin sebuah hypermarket yang melayani kebutuhan dasar sehari-hari.

Namun, dengan penumpukan tersebut, lanjut Gufron, manajemen terlihat abai dengan persyaratan protokol kesehatan yang menjadi syarat operasional di masa PSBB.

Tak hanya di Ciledug, pusat perbelanjaan perabot rumah IKEA di Kawasan Alam Sutera juga sempat ramai pengunjung saat pemberlakuan PSBB.

Padahal, Kota di mana letak IKEA berada menjadi menyumbang angka kasus positif Covid-19 di Provinsi Banten.

Baca Juga: Setelah Heboh Barang Branded di Mall Rusak dan Berjamur, Kini Kembali Viral Kondisi Bioskop yang Menjijikan Akibat 2 Bulan Tak Beroperasi Karena Lockdown

Tanggapan sosiolog

Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo mengatakan, kondisi itu terjadi karena tiga hal.

Pertama, pemahaman masyarakat didasarkan pada situasi dan kondisi di lapangan.

Tidak semua warga membaca atau memahami penjelasan dari para ahli tentang aturan dan bahaya penyebaran virus corona tipe (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19.

"Mungkin dia sudah dengar, tapi dia lihat teman-temannya (beraktivitas) enggak ada masalah.

Dia lebih mengikuti apa yang ada di luar, jadinya imitation effect," ujarnya mengutip dariKompas.com.

Itu menjadi sebab kedua, yaitu banyaknya orang yang melanggar aturan dan tidak mengindahkan bahaya Covid-19, membuat orang lain meniru hal itu, yang sebenarnya merupakan suatu pelanggaran.

Baca Juga: Beda 180 Derajat! Awalnya Getol Menyerukan Pemberlakuan PSBB, Kini Presiden Joko Widodo Justru Berubah Haluan Tak Masalah dengan Kondisi Pasar yang Ramai

Faktor lain, masyarakat masih belum terbiasa atau masih berat melepas kebiasaan di tengah pembatasan aktivitas akibat pandemi Covid-19.

Ada dorongan besar yang tidak bisa terbendung untuk menjalankan budaya yang biasa dilakukan saat menjelang Lebaran. Salah satunya berbelanja.

Hal ini, kata Imam, juga dipengaruhi oleh ketidakpatuhan kolektif sudah dilakukan karena masyarakat yang cenderung meniru satu sama lain.

Source :Kompas.comTribunnews.com

Editor : Hits

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x