Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bahaya Virus Corona Belum Usai, Ilmuwan Minta Masyarakat Waspadai Berbagai Bencana yang Mengintai Saat Matahari Masuki Fase Lockdown, Apa Saja?

Safira Dita - Senin, 18 Mei 2020 | 12:00
Ilmuwan Minta Masyarakat Waspadai Berbagai Bencana yang Mengintai Saat Matahari Masuki Fase Lockdown
space_wikia.com

Ilmuwan Minta Masyarakat Waspadai Berbagai Bencana yang Mengintai Saat Matahari Masuki Fase Lockdown

Bahaya Virus Corona Belum Usai, Ilmuwan Minta Masyarakat Waspadai Berbagai Bencana yang Mengintai Saat Matahari Masuki Fase Lockdown, Apa Saja?

GridHits.id - Ilmuwan minta masyarakat waspadai berbagai bencana yang mengintai saat matahari masuki fase lockdown.

Di tengah pandemi virus corona yang masih mengintai, masyarakat justru diminta untuk waspada terkat bencana baru.

Hal tersebut lantaran kini matahari tengah memasuki fase ‘lockdown’ yang berpotensi menimbulkan berbagai bencana seperti gempa bumi, cuaca beku dan kelaparan.

Dilansir dari Kompas.com, Para ilmuwan menyebut jika saat ini aktifitas permukaan matahari sedang turun drastis karena berada dalam periode solar minimum (minimum matahari).

Baca Juga: Bulan Juli Virus Corona Diprediksi Berakhir, Juru Bicara Istana Justru Bagikan Kabar Pahit hingga Singgung Soal Bahaya yang Masih Mengintai

Baca Juga: Jadi Kabar Gembira, Paranormal Termuda di Dunia, Abhigya Anand Beri Bocoran Virus Corona Akan Segera Berakhir dalam Hitungan Hari

Akibatnya, sinar matahari mengalami penurunan drastis yang ditandai dengan bintik matahari yang menghilang.

“Solar minimum sedang berlangsung, dan ini parah,” ujar Astronom Dr Tony Phillips dikutip dari The Sun (17/5/2020).

Menurut Philips dari jumlah bintik matahari yang ada, kondisi saat ini termasuk yang terparah dalam satu abad terakhir.

Akibatnya menurut dia, medan magnet matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya.

"Kelebihan sinar kosmik menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan perubahan udara kutub, memengaruhi elektro-kimia atmosfer Bumi, dan dapat membantu memicu petir," ujarnya.

Para ilmuwan NASA mengkhawatirkan ini bisa memicu kembali terjadinya Dalton Minimum yang pernah terjadi antara tahun 1790 dan 1830.

Pada saatDalton Minimum terjadi, suhu menjadi sangat dingin, munculnya letusan besar gunung berapi, gagal panen dan timbulnya kelaparan.

Saat itu, suhu anjlok hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun dan produksi pangan dunia merosot.

Letusan Gunung Tambora di Indonesia pada 10 April 1815, yang menewaskan sedikitnya 71.000 orang juga dianggap sebagai bagian dari efek Dalton Minimum saat itu.

Disebutkan jika dampak lainnya saat itu, juga menjadi tahun tanpa musim panas di tahun 1816.

Baca Juga: Angin Segar di Awal Bulan Ramadhan, Jokowi Beberkan Kepastian Berakhirnya Pandemi Corona, Semakin Tampak di Depan Mata

Baca Juga: Bukannya Sehat, Berjemur Sinar Matahari pada Jam ini Berisiko Sebabkan Kanker Berbahaya, Catat Waktunya!

Melansir dari Forbes yang menukil data dari Spaceweather.com, sudah ada 100 hari di tahun 2020 ini, di mana matahari menunjukkan nol bintik matahari.

Tahun ini, matahari telah mengalami kekosongan tanpa bintik sebesar 76 persen dan tahun 2019 matahari sempat mengalami kekosongan sebesar 77 persen.

Dua tahun berturut-turut sedikit bintik membuat minimum matahari semakin parah yang merupakan area aktivitas magnet di permukaan matahari.

Sunspot muncul sebagai area gelap yang menjadi indikasi aktifitas matahari, melahirkan semburan matahari dan coronal mass ejections atau lontaran massa korona matahari.

Bintik matahari telah dihitung sejak tahun 1838 yang membuat ilmuwan dapat membaca siklus matahari dengan melihat aktifitas permukaannya.

Baca Juga: Simpang Siur Berjemur Bisa Turunkan Imunitas Tubuh, Dokter Spesialis Ini Tak Sarankan Masyarakat Berjemur di Atas Pukul 10, Kenapa?

Baca Juga: Banyak yang Salah Kaprah! Bukannya Tangkal Virus Corona, Berjemur Nyatanya Justru Melemahkan Sistem Imun Tubuh

Source :Kompas.com

Editor : Hits

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x