Ia mencontohkan, hal itu terjadi di Singapura yakni ada dua kasus diduga demam berdarah, ternyata Covid-19.
“Jadi artinya hati-hati,” kata dia.
Baca Juga: WHO Larang Konsumsi Ibuprofen Jika Ada Gejala Virus Corona, Disebut Bisa Memperparah Kondisi Tubuh!
Antibodi timbul karena masuknya antigen ke tubuh seseorang. Oleh karena itu, butuh waktu masa inkubasi atau windows periode.
Aryati mengungkapkan, deteksi antibodi terhadap SARS-CoV2 dengan metode imunokromatografi (rapid test) belum ada penjelasan kinetika antibodinya.
Hal itu karena virus jenis ini masih baru sehingga belum banyak ilmuwan yang menentukan dengan jelas kinetika antibodi virus itu.
“Itulah (masa inkubasi) waktu yang sebetulnya sangat penting di mana biasanya saat virus mulai turun, antibodi meningkat. Jadi bisa terjadi antibodi negatif,” kata Aryati.
“Dikira negatif, tidak sakit. Padahal belum tentu. Bisa saja dia terpapar, tapi belum kelihatan oleh antibodi yang timbul. Sehingga orang yang seharusnya dilakukan pengawasan atau karantina bisa berkeliaran menularkan ke orang lain,” lanjut dia.
Aryati mengatakan, jika hasil tes dengan rapid test hasilnya positif, maka sebaiknya dikonfirmasi kembali dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
“Tapi kalau hasil negatif dia belum melewati inkubasinya, saya sarankan untuk dilakukan pengambilan sampel ulang 7 hari kemudian dari hari pertama tadi.
Misal batuk, diperiksa negatif, jangan senang dulu. Cek lagi hari ke-12. Kalau dicek lagi positif, berarti ya positif,” kata Aryati.