Sang orangtua khawatir apakah anaknya yang hilang itu tengah baik-baik saja atau tidak.
"Sepanjang masa kanak-kanak saya, orang tua saya berbicara tentang saudara perempuan saya sepanjang waktu.
Mereka bertanya-tanya apa yang dia lakukan sekarang? Apakah dia aman dan dicintai? Apakah dia diperlakukan dengan buruk oleh orang yang telah membawanya?
Saya pernah melihat cerita di berita tentang anak-anak hilang yang tidak pernah pulang. Jadi ketika saya masih muda, saya selalu berpikir yang terburuk pasti terjadi padanya," imbuhnya.
Imbas saudara kembar yang diculik orang, saudara lainnya justru dilarang oleh orangtuanya untuk bermain di luar dalam waktu lama.
Orangtua khawatir kejadian serupa akan menimpa mereka jika anak-anaknya bermain tanpa diawasi oleh orangtua.
"Sejujurnya, masa kecil saya tidak mudah. Hal-hal yang Anda lakukan sebagai seorang anak kecil, seperti bermain dengan teman-teman Anda, membuang bola di luar atau pergi bermain dengan tetangga Anda, saya hanya tidak diizinkan untuk melakukannya.
Saya tidak bisa berada di luar ruangan sendirian selama lebih dari sepuluh menit tanpa orang tua saya datang untuk mencari saya," ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, rasa rindu pada sosok Zephany begitu kuat.
Bahkan keluarga selalu merayakan ulangtahun Zephany setiap tahun, meski kala itu sang anak belum juga ditemukan.
"Kami mengadakan pesta ulang tahun untuk Zephany setiap tahun, tetapi baru setelah saya pergi ke sekolah menengah, saya benar-benar mulai memikirkannya.