Keragaman dan inklusi dalam STEM adalah area utama lain yang perlu dilakukan. 85% responden di Asia Pasifik setuju bahwa ada hambatan bagi siswa untuk mengejar pendidikan STEM. Hambatan utama meliputi kurangnya akses (NET)[2](78% vs. 74% secara global); ketidakmampuan untuk mendapatkan pendidikan STEM yang kuat (48% vs 47% rata-rata global); siswa yang memiliki terlalu banyak tanggung jawab pribadi untuk fokus pada pendidikan STEM, misalnya siswa yang harus mencari uang, melakukan pekerjan rumah tangga, mengasuh anggota keluarga (43% vs. 37% secara global).
Sebagian besar responden juga percaya kelompok minoritas seringkali tidak menerima akses ke pendidikan STEM yang sama (74% vs 71% secara global). Wanita, khususnya, menghadapi banyak tantangan sepanjang perjalanan STEM mereka.
Di seluruh Asia Pasifik, 83% responden setuju bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk mendorong dan membuat perempuan atau anak perempuan terlibat dalam pendidikan STEM. 65% responden juga yakin bahwa wanita meninggalkan posisi pekerjaan STEM karena mereka tidak menerima dukungan yang cukup, dan 62% responden mengatakan perempuan atauanak-anak perempuan cenderung lebih tidak percaya diri untuk belajar ilmu teknik (engineering) daripada bidang sains lainnya.
Oleh karena itu, masyarakat di Asia Pasifik menyerukan kepada komunitas sains dan perusahaan untuk meningkatkan kesetaraan dan representasi STEM dalam angkatan kerja mereka.
90% responden setuju bahwa komunitas sains harus melakukan lebih banyak hal untuk menarik tenaga kerja yang beragam (vs. 88% secara global) dan 87% responden percaya bahwa perusahaan sains akan memiliki dampak positif yang lebih besar pada masyarakat jika ada keragaman dan representasi yang lebih besar dalam angkatan kerja mereka (vs. 84% secara global).
“Saya adalah salah satu dari sedikit orang yang beruntung yang menerima dukungan besar sejak masih muda. Hal ini membantu menjagapassionsaya terhadap sains tetap menyala dan menjadikan saya seperti saat ini. Hal itu juga yang membuat saya sangat percaya dalam berinvestasi di komunitas yang membutuhkan pemberdayaan.Tujuan global 3M yang berfokus pada pendidikanuntuk menciptakan lima juta pengalaman belajar danskilled tradeSTEM yang unik bagi individu yang membutuhkan pada akhir tahun 2025 akan membuat perbedaan bagi banyak ilmuwan masa depan dan sangat membantu dalam memajukan kesetaraan ekonomi,”ujar Ms. Chan Yen Sze, 3M Southeast Asia Research and Development Operations Leader.
Teknologi masa depan membawa harapan dan ketidakpastian
Melihat ke depan, masyarakat di kawasan Asia Pasifik sangat antusias dengan teknologi masa depan. Sebanyak 75% responden berpikir kecerdasan buatan (AI) adalah teknologi menarik yang memengaruhi kehidupan mereka setiap hari (vs. 65% secara global). Kira-kira sepertiga (31% vs. 28% secara global) dari responden di Asia Pasifik percaya mobil tanpa pengemudi akan menjadi hal yang normal dalam lima tahun ke depan, dan 79% responden (vs. 71% secara global) kemungkinan bersedia menggunakan mobil otonom, atau mobil tanpa pengemudi manusia.
Namun, 53% responden masih khawatir kemajuan AI dalam lima tahun ke depan akan menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan (vs 47% secara global). Sebanyak 73% responden khawatir tidak dapat bertahan di dunia kerja yang semakin bergantung pada keterampilan digital (vs 64% secara global). Pengusaha adalah kunci untuk menghilangkan ketakutan ini, karena sekitar sembilan dari sepuluh responden percaya bahwa pengusaha harus memberikan dukungan finansial ataureimbursementuntuk mereka meningkatkan keterampilan.
Untuk mendorong pembelajaran yang berkelanjutan, 3M memperluas portal pembelajaran virtualnya dan bahkan meminta masukan karyawan tentang cara-cara untuk meningkatkan alat-alat ini. Karyawan 3M sekarang dapat dengan mudah mengakses ribuan sumber daya mulai dari e-modul, abstrak buku, dan pelatihan video untuk membantu mereka meningkatkan keterampilan mereka.
“Kami bekerja keras setiap hari di 3M untuk menemukan kekuatan dari manusia, ide, dan sains, dan mendorong perubahan yang berarti untuk dunia yang lebih berkelanjutan dan adil bagi generasi mendatang,”Jim Falteisekmenyimpulkan, “Temuan ini telah menyoroti isu-isu utama yang perlu ditangani oleh masyarakat, komunitas dan perusahaan, dan menunjukkan kepada kita bahwa kita sedang bergerak ke arah yang benar.”