Kami memahami tentang hidup yang bukan hanya soal lamanya hidup tapi tiap hela nafas yang digunakan utk hal2 baik.
kami mengikhlaskan eril pergi krn kami akhirnya menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amalnya utk menutupi kemungkinan bertambah kekhilafannya.
Kami sebenarnya sudah menyiapkan hati kalau kami tidak akan pernah melihat jasadnya, bukankah Eril lahir di New York yg jauh di seberang maka kenapa tidak jika ia wafat di Swiss yang juga jauh disana?
Bukanhkah tiap jengkal tanah adalah mjilik Allah, jutaan doa yang dipanjatkan dari seluruh negeri membuat kami yakin bahwa kepergiannya disambut baik langit dan bumi.
Bagaimana kami tidak merasa dilimpahi jika jenazah yang 14 hari di air ini masih utuh, itulah adanya mukjizat," tutup Ridwan Kamil.