Menurutnya dengan keterbukaan, maka pasien Covid-19 akan lebih mudah menjalani isoman.
Sebab perhatian dari lingkungan sekitar dapat tersalurkan dengan komunikasi yang baik.
"Artinya memang harus ada keterbukaan juga sih ya dari pasien isoman ini untuk bisa menyampaikan kondisi mereka ke warga sekitar atau Ketua RT. Itu misalkan lingkup yang terkecil aja," kata dia.
"Supaya ada gerakan modal sosial gotong royong untuk bisa memberikan pengamanan lingkungan sekitar, artinya kalau mau supply makanan ya bisa digantung di pagar rumahnya," imbuh ibunda Aurel.
Menurutnya, telemedicine yang tengah digaungkan pemerintah belum tentu bisa diakses semua orang.
"Bagaimana misalnya kalau pasien isoman yang memang tidak memiliki gadget atau tidak bisa mengakses aplikasi tersebut?"
"Nah karena itulah (perlunya) keterbukaan dari pasien isoman ini supaya bisa melakukan komunikasi terbuka kepada para pemimpin di lingkungannya. Supaya ada perhatian, baik itu supply makanan maupun vitamin," kata KD.
"Memang kemarin itu dari staf rumah tangga saya sendiri terpaksa harus kehilangan nyawa karena dia tidak diberikan izin warga keluar untuk membeli makanan," cerita KD.
"Karena mungkin dari pasien isoman sendiri tak terbuka atau seharusnya memang ada stiker atau announcement bahwa memang yang tinggal di rumah ini perlu mendapat perhatian karena sedang isoman."
"Jadi bisa melakukan hal preventif lah untuk mendapatkan perhatian agar pasien isoman ini bisa tetap terpantau," pungkasnya.