Sebab, gejala ini dapat melindungi orang dari gejala mematikan lainnya dari Covid-19, yaitu serangan pernapasan dan peradangan.
Banyak dokter sekarang mengatakan bahwa orang yang mengalami kehilangan penciuman dan pengecapan total, dengan gejala gastrointestinal seperti kram dan diare mungkin hanya menderita bentuk ringan dari virus corona.
Ahli mengatakan, orang yang terinfeksi Covid-19 dan memiliki gejala anosmia berarti bahwa mereka telah melindungi diri dari serangan pernapasan parah, yang biasanya dimulai dari minggu ke-2 infeksi Covid-19.
Seorang dokter di India dalam penelitiannya ini menyebut bahwa sebagian besar pasien yang dirawat di ICU atau butuh opname ternyata jarang mengeluhkan anosmia.
"Ini menekankan betapa pentingnya menyadari gejala anosmia," kata Alexander Wieck Fjaeldstad dikutip dari Kompas.com.
Meski anosmia berarti seseorang kehilangan kemampuan sensorik yang cukup besar, namun bisa menjadi tanda terbentuknya antibodi.
Menurut Fjaeldstad yang merupakan profesor di bidang penciuman dan pengecapan di Universitas Aarhus, rata-rata hilangnya indra penciuman adalah 79,7 pada skala 0-100.
Berdasarkan penelitiannya, pasien yang menunjukkan gejala anosmia sebagian besar dalam keadaan terinfeksi Covid-19 dalam skala ringan.
Jadi, jangan langsung panik jika mengalami anosmia.
Justru yang wajib diperhatikan lebih seksama adalah angka saturasi oksigen yang lebih krusial dalam memengaruhi kondisi pasien dibandingkan dengan anosmia.