Menururt data radar ADS-B dari Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia), sistem pesawat Sriwijaya Air masih berfungsi ketika ada di udara.
Ketua KNKT kemudian mengungkapkan jika sistem pesawat masih benar-benar berfungsi setidaknya sampai di ketinggian 250 kaki.
"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki mengindikasikan sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga mesin masih dalam kondisi hidup sebelum membentur air," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dikutip dari Antara, Selasa (12/1/2021).
Pesawat tersebut sebelumnya sudah sempat terbang hingga ketinggian 10.900 kaki sampai perlahan pesawat justru mulai menurun.
Selain itu, data lain yang didapat KNKT dari KRI Rigel 933 mendapati jika sebaran puing dari Pesawat Sriwijaya Air besar selebar 100 meter dengan panjang 300-400 meter.
Data sebaran puing yang didapatkan ini pun makin menguatkan dugaan jika pesawat yang terbang dari Bandara Soekarno-Hatta ini tidak meledak sebelum jatuh ke permukaan air.
"Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," kata dia.
Saat terjatuh, Sriwijaya Air SJ 182 yang terbang ke Bandara Supadio, Pontianak tersebut membawa total 62 orang yang terdiri dari enam kru aktif, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.
Ketika pesawat kali pertama dilaporkan hilang kontak, sejumlah petugas gabungan, baik dari Badan SAR Nasional (Basarnas), TNI, hingga Polri langsung bahu-membahu menggelar proses evakuasi di Kepulauan Seribu.