"Sebenarnya estimasi kasus harian di Indonesia, berdasarkan pemodelan epidemi, yang terendah estimasinya 10.000 (kasus baru harian)," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (30/11/2020).
Ia menegaskan, pemodelan tersebut akurat dan telah terbukti di negara yang kapasitas testing tracing-nya memadai.
"(Negara yang testing tracing-nya memadai) itu umumnya mereka mencapai estimasi terendahnya," ujar dia.
Dicky menuturkan, Indonesia perlu melakukan perencanaan strategi yang tepat.
Pemerintah, harus menambah dan memperluas cakupan testing, tracing, yang kemudian dilanjutkan dengan isolasi/karantina.
"Saat ini, katakanlah kemarian hanya 6.000 (kasus baru), itupun dilakukan dalam situasi cakupan testing yang belum berubah. Artinya ini menunjukkan proses yang semakin serius dalam situasi pandemi di Indonesia," tuturnya.
Masalah besar
Dicky menambahkan, saat angka kasus harian yang trennya meningkat dan positive rate meningkat, ini bisa menjadi masalah besar.
"Artinya, respons yang dilakukan selama ini tidak memadai, untuk mendeteksi, mencegah, memutus (penyebaran virus)," papar dia.
Ia menyampaikan, penerapan protokol kesehatan tidak akan efektif dan berdampak banyak jika testing dan tracing di Indonesia masih rendah.