Dr Simon Clarke, Associate Professor of Cellular Microbiology di University of Reading, mengatakan masker lembap tidak berbeda dengan saputangan kotor yang diikatkan ke wajah.
"Tergantung pada seberapa basah bahannya, mungkin ada dampak pada ukuran lubang di kain, baik membuatnya terlalu besar untuk mencegah tetesan masuk atau keluar, atau terlalu sempit untuk memungkinkan Anda bernapas dengan benar," ujar Simon, dikutip dari Daily Mail.
Ia menyarankan agar setiap orang selalu membawa masker cadangan ke manapun berada.
"Saya selalu memastikan bahwa saya memiliki setidaknya satu masker wajah cadangan dan bersih setiap kali saya pergi keluar, sehingga saya dapat mengganti yang saya pakai jika basah atau saya telah memakainya untuk sementara waktu," terangnya.
Pasalnya, masker wajah basah karena terkena keringat ata air hujan dinilai kurang efektif karena air membatasi aliran udara dan mengurangi jumlah penyaringan virus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan masker tiga lapis kering, masker bedah biru yang sekarang umum adalah yang paling mudah dikenali, dikenakan di mulut dan hidung dapat melindungi orang dari tertular virus corona.
Namun seorang mantan pejabat senior WHO, Karol Sikora telah mendesak pengguna untuk mengganti penutup wajah mereka jika basah karena 'kelembaban membuat masker menjadi keropos', yang berarti 'semua jenis masker pada dasarnya rentan dalam cuaca lembap'.
"Kelembaban membuat masker menjadi keropos dan karena itu semua jenis masker pada dasarnya rentan dalam cuaca lembap," ujar Karol.