Tahapan uji klinis sendiri memiliki tiga fase pengujian.
Pertama, pada sampel yang kecil untuk melihat respon antibodi.
Kedua, pada sampel yang lebih besar dengan karakter pasien yang paling rawan terkena virus
Ketiga, pada jumlah yang massal - ratusan atau ribuan pada beberapa lokasi yang berbeda - untuk melihat efektivitas pada jangka waktu tertentu.
“Begitu lolos uji fase satu, dua dan tiga, maka PT Biofarma akan produksi secara massal, setelah itu akan disampaikan melalui Dinas Kesehatan seluruh masyarakat untuk bisa diimunisasi vaksin Covid-19,” kata Kambang.
“Dari situ diharapkan dengan 80% yang diimunisasi timbul herd immunity (kekebalan kelompok). Mungkin awalnya proyek pilot di provinsi atau kabupaten, kalau bagus lanjut provinsi lainnya.”
David Handojo Muljono, Deputi Direktur LBM Eijkman mengatakan ada kepentingan tersendiri untuk Indonesia bisa mengembangkan vaksin secara mandiri dan tidak bergantung pada negara lain.
“Ini semua negara butuh, rebutan. Bayangkan kalau negara lain [sudah mengembangkan terlebih dahulu] akan dia jual ke kita dengan harga mahal. Jadi kalau bisa kita buat efisien dan lebih ringan dan bisa produksi dalam negeri, itu aspek-aspek yang harus dipikirkan,” katanya.
Artikel ini sudah pernah tayang di Kompas.com dengan judul:Prototipe Vaksin Covid-19 Indonesia Ditargetkan Awal 2021, Ini Prosesnya