Jika wanita tersebut dinyatakan reaktif dengan asumsi alat tes tersebut akurat, maka ada dua kemungkinan.
Dr Panji mengatakan bisa saja wanita tersebut memang sakit, artinya masih ada virus di dalam tubuhnya. Akan tetapi, infeksinya sudah berlangsung cukup lama.
"Atau, dia sudah tidak sakit, sudah tidak ada virus, hanya dia sudah pernah terinfeksi virus corona ini dalam waktu sekitar satu sampai dua bulan," jelas dia.
Kendati demikian, dr Panji tetap menyayangkan perihal tak melapornya warga tersebut ke puskesmas, setelah mendapat saran dari rumah sakit temoat rapid test Covid-19 dilakukan.
"Asumsi saya, mungkin proses edukasi yang dilakukan ada dua hal. Pertama tidak dilakukan, atau kalau dilakukan tidak efektif," kata dr Panji.
Sebab, kemungkinan wanita tersebut tidak paham dengan hasil reaktif rapid test tersebut. Bisa juga, dia merasa sedang tidak sakit, sehingga tidak perlu datang ke puskesmas untuk menindaklanjuti hasil reaktif dari rumah sakit.
"Tapi intinya, kelihatannya proses edukasi (hasil reaktif rapid test Covid-19) sudah dilakukan, namun tidak efektif. Jadi si ibu ini tidak menindaklanjutinya," ungkap dr Panji.
Artikel ini sudah pernah tayang di Kompas.com dengan judul:Reaktif Rapid Test Covid-19 Belum Tentu Positif Corona, Ahli Jelaskan