Tyasutami tidak mengenal wanita Jepang itu, tetapi memahami betapa berat diagnosisnya.
"Itu sebabnya saya bersikeras sekali lagi ke dokter untuk dites," kata Tyasutami.
Dokter kali ini memenuhi permintaannya. Mereka dipindahkan ke RS Sulianti Saroso di Jakarta untuk menjalani tes swab Covid-19.
Tyasutami dan Darmaningsih mengira dokter yang akan memberitahu hasilnya, tapi ternyata diagnosis mereka dibacakan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret.
Achmad Yurianto juru bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19 mengatakan kepada BBC, tidak ada yang salah dengan pengungkapan presiden kepada publik.
UU tahun 2009 tentang kesehatan mengatakan bahwa kebebasan pasien tidak berlaku untuk hal-hal yang menjadi kepentingan umum.
Benar atau salah, pengumuman pasien 01 dan 02 ini menjadi pusat perhatian nasional.
Dalam beberapa jam, pesan yang menunjukkan inisial, alamat lengkap, dan catatan medis dari pasien 01 (Tyasutami) dan pasien 02 (Darmaningsih) bocor dan dibagikan secara luas di WhatsApp.
"Mereka menyerang Sita, menyalahkannya karena membawa virus ke Indonesia," kata kakak perempuan Tyasutami, Ratri Anindyajati kepada BBC.
"Mereka menyalahkannya karena kehilangan pekerjaan, atau dipisahkan dari keluarga mereka. Mereka mempertanyakan bagaimana dia bisa terlihat begitu baik dan cantik setelah sakit. Mereka mengatakan itu diatur."