GridHITS.id – Virus corona masih menjadi momok yang menakutkan bagi berbagai negara di penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.
Bagaimana tidak, jumlah pasien yang dinyatakan positif virus corona terus melonjak setiap harinya.
Sampai saat ini, pemerintah pun masih pontang-panting melakukan segala cara demi menekan kenaikan angka tersebut.
Baca Juga: Ribuan Cacing Bermunculan di Solo dan Klaten, BMKG Jelaskan Soal Prediksi Gempa dan Tsunami
Ironisnya, di tengah wabah virus corona yang masih merajalela, Indonesia justru dilanda kabar yang kurang mengenakkan.
Pasalnya, baru-baru ini, sejumlah peneliti menyebut Indonesia berpotensi kembali mengalami tsunami.
Ya, peneliti gabungan dari Inggris dan Indonesia mengungkap adanya potensi risiko tsunami di wilayah yang dipilih sebagai calon ibu kota baru.
Hal tersebut bermula dari tanah longsor bawah laut yang pernah beberapa kali terjadi di Selat Makassar, antara pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Jika kejadian tanah longsor yang paling besar terulang hari ini, tsunami pun diprediksi akan muncul dan bisa membanjiri Teluk Balikpapan yang mana merupakan daerah yang dekat dengan calon ibu kota.
Meski begitu, para peneliti ini mengatakan tidak perlu bereaksi berlebihan.
"Masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan untuk menilai situasi ini dengan tepat. Namun demikian, ini adalah sesuatu yang mungkin harus dipertimbangkan sebagai risiko oleh pemerintah Indonesia — meskipun kita hanya membicarakan peristiwa 'frekuensi rendah, dampak tinggi'," ujar Dr. Uisdean Nicholson dari Heriot-Watt University, Inggris, dikutip dari Kompas.com.
Selain tsunami, peneliti lain di makalah ini, Dr. Rachel Brackenridge dari Universitas Aberdeen, juga menyebut adanya 19 potensi peristiwa yang dapat terjadi.
"Saya memetakan 19 peristiwa, tetapi itu dibatasi oleh resolusi data. Akan ada kejadian lainnya, yang terlalu kecil untuk saya lihat," ujar Dr. Rachel Brackenridge kepada BBC News dikutip dari Kompas.com.
Semua MTD berada di sisi barat kanal dalam (3.000m) yang melintasi Selat Makassar. Dan mereka juga sebagian besar berada di sebelah selatan delta Sungai Mahakam di Pulau Kalimantan, yang mengeluarkan sekitar 8 juta meter kubik sedimen setiap tahun.
Tim peneliti menduga material ini terbawa oleh arus di selat dan kemudian tertimbun di perbatasan dasar laut yang lebih dangkal dengan dasar laut yang lebih dalam.
Sedimen yang menumpuk dari waktu ke waktu yang akhirnya roboh, barangkali dipicu oleh guncangan gempa bumi setempat, hal yang lazim di Indonesia.
Hal yang belum diketahui tim peneliti saat ini ialah kapan tepatnya longsor bawah laut ini terjadi.
"Peristiwa longsor terbesar dan tsunami terbesar kemungkinan bakal terjadi ketika laju pengiriman sedimen sangat tinggi tapi pemicunya jarang terjadi, sehingga ketika terjadi longsor volumenya sangat besar,” sambungnya.
Seperti diketahui, Indonesia pernah mengalami dua peristiwa tsunami yang disebabkan tanah longsor pada tahun 2018, yakni ketika sisi gunung berapi Anak Krakatau runtuh dan saat gempa memicu tanah longsor di Teluk Palu, Sulawesi.
Karena hal tersebut, peneliti pun mengatakan tsunami bisa diakibatkan oleh sumber selain gempa megathrust di dasar laut seperti yang terjadi di Sumatra pada tahun 2004.
Hal ini tentu menarik perhatian para peneliti.
Mengingat pada tahun lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan akan memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan.
Pusat administrasi baru akan dibangun di dua kabupaten - Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara - di provinsi Kalimantan Timur, dekat dengan kota Balikpapan dan Samarinda.
Studi dasar laut ini diterbitkan oleh Geological Society of London.
Artikel ini telah tayang di Nakita.id dengan judul, “Belum Kelar Wabah Virus Corona, Peneliti Dunia Malah Sebut Indonesia Tengah ‘Dihantui’ Potensi Tsunami Besar di Wilayah Ini, di Mana?”.