Penanggulangan masalah Kesehatan perlu dilakukan dari berbagai aspek yakni akses terhadap makanan bergizi seimbang, edukasi dan intervensi serta kemitraan dan advokasi. Dr. dr.Ray Wagiu Basrowi MKK, Medical Science Director Danone Indonesia, menjelaskan “Dalam akses terhadap makanan bergizi perlu diperhatikan bahwa makanan yang dikonsumsi bervariasi serta dalam jumlah yang cukup serta kualitas gizi yang baik.
Baca Juga: Ajinomoto Serukan Pentingnya Asupan Gizi untuk Penggiat Olahraga Lewat ‘Winning Meals Kachimeshi’
Pemenuhan makanan yang bervariasi berhubungan dengan berkurangnya risiko defisiensi mikronutrien dan risiko kurangnya asupan nutrisi.
Kajian sistematis menunjukkan, kurangnya variasi makanan berhubungan dengan kejadian stunting pada anak.
Selanjutnya, salah satu cara untuk orangtua dapat memastikan kebutuhan zat gizi makro danmikro pada anak cukup adalah dengan menerapkan pedoman prinsip ‘Isi Piringku’ yang mengandung gizi seimbang.
Pedoman Isi Piringku mengacu pada konsumsi pembagian piring makan menjadi 2/3 makanan pokok, 1/3 lauk pauk, 2/3 sayur dan 1/3 buah, dilanjutkan dengan minum air 8 gelas/hari, 30 menit aktivitas fisik dan penerapan pola hidup bersih dan sehat. Disisi lain, kita juga perlu memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi memiliki kualitas gizi yang baik. ”
Pemenuhan bahan baku pangan dengan pedoman Isi Piringku juga bisadilakukan dengan diversifikasi pangan yakni konsumsi pangan lokal yangtersedia di lingkungan sekitar.
Eksplorasi bahan makanan lokal, termasuk cara pengolahan, untuk akses yang berkesinambungan dapat dilakukan Ditambahkan oleh Mutia, setiap daerah memiliki pangan lokal yang berbeda-beda, namun karena ketidaktahuan, masyarakat jarang memanfaatkannya.
Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP) dapat menjadi salah satu referensi dalam memaksimalkan pemanfaatan pangan lokal, yaitu dengan mencari alternatif pangan yang mengandung nutrisi yang kurang lebih sama dengan pangan yang biasa dikonsumsi.
Selain itu, pemberian makanan yang sudah difortifikasi juga bisa menjadi cara memenuhi kebutuhan gizi secara lebih murah.
Sebab, bahan pangan terforitikasi sudah mengandung makroutrien dan mikronutrien sekaligus dalam satu makanan. “Fortivikasi makanan merupakan upaya meningkatkan kualitas pangan dengan menambahkan pada makanan tersebut satu atau lebih zat gizi mikro tertentu. Hal ini bermanfaat sebagai salah satu cara intervensi pemenuhan zat gizi mikro masyarakat yang terbukti cost-effective terutama untuk mengatasi defisiensi micronutrient (hidden hunger) dan membantu percepatan perbaikan gizi anak Indonesia.
Pemenuhan konsumsi pangan yang seimbang dan konsumsi pangan berfortivikasi dapat dilakukan untuk memastikan kebutuhan zat gizi mikro tubuh dapat terpenuhi” Tutup Ray.