GridHITS.id - Sejatinya, setiap wanita adalah cantik dengan segala keunikan dan ciri khasnya masing-masing.
Sayangnya, sudah lama menggejala trend global yang menerapkan satu standar kecantikan berdasarkan ciri-ciri tertentu, baik jenis kulit, bentuk wajah, dan lain-lain.
"Jaman dulu, mungkin kita hanya mengenal satu standar cantik, yang terkait dengan white supremacy. Yang cantik itu yang kulitnya putih seperti Putri Elizabeth atau kulit putih ala orang Eropa," demikian diungkapkan pakar dan peneliti kecantikan dr Aldisa Olivia, Dipl.AAAM.
Di tanah air sendiri, penjajahan Belanda selama 350 tahun turut mempengaruhi mindset dan standar kecantikan itu.
Tak usah heran, seseorang dikatakan cantik bila ia berkulit putih, berhidung mancung, berambut lurus, dan berbadan langsing. "Diakui atau tidak, di tanah air wanita blasteran bule terlihat lebih superior dibandingkan wanita lokal," ungkap Aldisa.
Seiring dengan waktu, saat ini kiblat kecantikan pun mulai beralih dari Eropa ke Asia Timur, tepatnya Korea Selatan.
Hal ini seiring dengan membanjirnya budaya K-POP lewat sinetron, musik, dan film dari negeri ginseng itu ke tanah air.
Dengan begitu, bintang-bintang K-POP itu langsung menjelma menjadi idola baru yang dielu-elukan jutaan penggemar di tanah air. Sebagai idola, banyak produsen memanfaatkannya untuk memasarkan produknya.
"Lihat saja papan reklame besar yang ada di sepanjang jalan protokol di Jabodetabek, banyak sekali wajah bintang K-POP yang terpampang di sana. Bahkan untuk produk makanan pun, yang dijadikan iklan adalah bintang K-POP."
Celakanya, para penggemar pun menjadikan sang idola sebagai patokan, utamanya dalam standar kecantikan.
Mereka menganggap orang cantik itu berkulit putih bak porselen, berambut lurus, dan ramping layaknya sang pujaan.