Para orang tua pun sudah memanfaatkan layanan spesialis anak ini untuk berkonsultasi mengenai stunting dan tumbuh kembang anak. Meskipun topik stunting dan tumbuh kembang anak belum termasuk dalam lima topik teratas itu, hal ini menunjukkan bahwa orang tua sudah makin menyadari pentingnya memantau tumbuh kembang anak melalui telekonsultasi.
Pemerintah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap stunting. Angka kejadian stunting di Indonesia terus mengalami penurunan.
Pencapaian rata-rata per tahun penurunan stunting sebesar 2,0% (2013—2021) dengan angka prevalensi stunting tahun 2021 berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SGI) sebesar 24,4%.
Meskipun, angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kementerian Kesehatan 2020—2024, yakni 14% pada tahun 2024.
Untuk mencapai target itu, berarti setiap tahun harus terjadi penurunan sebesar 2,7%. Oleh karena itu, pemerintah melakukan dua intervensi, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik dilakukan di sektor kesehatan yang berfokus pada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan dan kepada ibu sebelum dan di masa kehamilan sedangkan intervensi sensitif merupakan kerja sama lintas sektor.
Baca Juga:Begini Cara Mudah Atasi Perubahan Suasana Hati Selama Kehamilan, Ibu Hamil Wajib Tahu!
Stunting harus ditekan serendah mungkin karena berdampak pada jangka pendek dan panjang. Menurut dr. Dana, “Dalam jangka pendek, stunting akan menyebabkan terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, dan gangguan tumbuh kembang.
Selain itu, dalam jangka panjang, perkembangan kognitif anak menurun, rentan terkena penyakit metabolik, penyakit jantung serta pembuluh darah, dan secara makro ekonomi, pendapatan dan produktivitas negara mengalami penurunan.”
Beberapa penelitian menunjukkan dampak negatif stunting terhadap perkembangan kognitif anak serta produktivitas dan perekonomian negara. Penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB) terhadap anak usia prasekolah di Kota Bogor menunjukkan pertambahan tinggi badan anak 0—4 tahun berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak prasekolah.
Anak dengan pertambahan tinggi yang tidak sesuai dengan standar WHO berisiko 4,1 kali mengalami perkembangan kognitif yang terlambat. Hal ini berarti bahwa pemenuhan kebutuhan gizi yang baik sehingga mengalami pertambahan tinggi badan yang baik akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif yang normal.
Menurut perkiraan Bank Dunia, 1% kehilangan tinggi badan orang dewasa karena stunting pada masa kanak-kanak dikaitkan dengan hilangnya 1,4% dalam produktivitas ekonomi dan stunting dapat mengurangi produk domestik bruto suatu negara hingga 3%.
Studi mengenai potensi perkembangan dalam 5 tahun pertama kehidupan anak-anak di negara-negara berkembang yang dipublikasikan di The Lancet menunjukkan anak-anak yang stunting, pada saat dewasa berpenghasilan 20% lebih sedikit dibandingkan dengan individu yang tidak stunting.