Fusi tulang (penyambungan tulang) dan derajat fusi juga lebih cepat serta lebih tinggi dibandingkan dengan autograft.
Selain itu, rasa sakit yang diderita pasien dapat berkurang. Lantaran demikian, Kalbe melakukan kerja sama dengan CGBio Korea seraya tetap berkomitmen menyediakan produk inovatif.
“Kalbe terus berkomitmen menyediakan produk-produk inovatif sesuai dengan misi Kalbe, meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.
Novosis akan melengkapi rangkaian produk bone graft Kalbe yang sudah ada bekerja sama dengan CGBio Korea, yaitu Bongros (Hydroxyapatite) dan Excelos Inject (micro Beta Tricalcium Phosphate),” ungkap Direktur Marketing Farma, PT Kalbe Farma Tbk, Ridwan Ong.
“CGBio merupakan perusahaan asal Korea Selatan yang sangat berpengalaman dalam pengembangan produk dengan teknologi medis regenerative yang fokus mengembangkan dan menyediakan solusi pengobatan regeneratif biologis yang inovatif,” paparnya.
CEO CGBio, Hyun Seung Yu, mengatakan bahwa perusahaannya terus-menerus berinovasi dan berusaha untuk menghasilkan teknologi biologis baru. Novosis adalah produk bone graft dengan growth factor BMP-2 kedua yang mendapatkan ijin edar dan dikomersialisasikan di dunia.
“BMP-2 sendiri memainkan peran untuk memfasilitasi pembentukan tulang baru dengan cepat, dengan memisahkan sel punca di dalam tubuh saat tulang rusak, yang memiliki efek lebih baik,” tutur Hyun Seung Yu.
Baca Juga:4 Obat Herbal Menurunkan Tensi Tinggi, Coba Sekarang di Rum
“Indonesia adalah negara yang sangat istimewa bagi CGBIO, dan kami sangat bahagia bisa meluncurkan Novosis di Indonesia bekerjasama dengan perusahaan terbaik seperti Kalbe Farma. Kami berharap kerjasama ini akan membantu meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Melalui kerja sama strategis antara Kalbe dan CGBio, infrastruktur pemasaran serta distribusi yang dimiliki Kalbe secara nasional, diharapkan Novosis dapat didapatkan dengan mudah oleh dokter atau pasien yang membutuhkan. Dalam hal ini, agar pemulihan pasien bisa berjalan dengan baik.
Sementara itu, fraktur tulang sendiri masih menjadi salah satu isu dalam kesehatan masyarakat dan menyebabkan beban ekonomi. Sebab, menurunnya produktivitas, terjadinya kecacatan, menurunnya kualitas hidup, hingga dapat berakibat fatal. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada tahun 2018, di Indonesia tercatat angka kejadian fraktur sebanyak 5,5%.
Tujuan utama dari tatalaksana patah tulang adalah mengembalikan kondisi tulang seperti semula, dan untuk mencapai hal ini perlu dilakukan tindakan penggantian tulang yang hilang atau rusak, dengan menggunakan bonegraft.