Setelah lulus Sekolah Guru Olahraga di tahun 1983, bapak dengan dua anak itu malah memilih masuk ABRI melalui jalur Tamtama pada tahun 1984.
"Kakak saya guru, saya melihatnya di situ saja. Tidak ke mana-mana. Saya pilih masuk tentara," terang anak kelima dari enam bersaudara itu.
Begitu lulus pendidikan di Magetan dan Magelang, Sahri langsung ditempatkan di Batalyon Yonif Raider 509 Kostrad Jember.
Sepuluh bulan kemudian, Sahri muda ditugaskan ke Timor-timor sebagai Satuan Tugas Seroja Rotasi selama tiga tahun berturut-turut, 1985-1987.
"Itu murni tugas di dalam hutan, jauh dari perkampungan," kenang Sahri.
"Saya senang semua kegiatan militer. Memang harus menyenangi pekerjaan, kalau hari ini jangan dikerjakan besok," sambungnya.
Selama 14 tahun berdinas di Linud 501 Madiun, Sahri akhirnya pindah tugas di Batalyon Linud 502 Malang di tahun 1999 dengan pangkat Letnan Dua.
"Pangkat Kapten saya peroleh ketika ditugaskan selama 1,5 tahun di Aceh pada tahun 2005. Saat itu Aceh darurat militer," paparnya.
Setelah malang melintang dengan beragam penugasan, Sahri akhirnya tiba di Kodim 0829 Bangkalan dengan pangkat Kapten.
Awal Oktober 2020, pangkat Mayor bertengger di kedua pundaknya.
"Semasa menjadi prajurit, kits harus bisa bersikap kondusif di tengah masyarakat, berbaur, dan jangan memilih untuk berteman," pesannya.