Harsono menjajakan cilok secara berkeliling dan berangkat pukul 06.30 WIB.
“Berangkat pagi, pulangnya habis isya,” ucapnya.
Dia kerap menyambangi sejumlah sekolah yang ada di Kecamatan Sumbersari hingga Kecamatan Kaliwates.
Walau sudah sekuat tenaga mencoba menawarkan ciloknya ke berbagai lokasi, penjualan cilok setiap harinya tidak pernah habis.
Harsono juga mulai kehilangan semangat, sebab pendapatannya tidak banyak.
Apalagi, ketika wali murid tidak memperbolehkan anaknya membeli cilok, karena merupakan jenis makanan baru.
Karena putus asa, Harsono lantas kembali ke profesi lamanya, yaitu menjadi tukang becak selama 2 bulan.
Namun, istrinya kembali meyakinkan Harsono untuk tetap mencoba berjualan cilok.
“Waktu itu, penghasilan becak hanya Rp 5.000. Sedangkan, berjualan cilok Rp 10 ribu,” ungkap istrinya, Siti Fatimah.
Kini, Harsono pun telah menuai hasil dari jerih payahnya.
Baca Juga: Biodata Irwan Mussry, Pengusaha Sukses yang Kekayaannya Diakui Dunia
Dagangannya yang ia beri nama Cilok Edy semakin laris dan dikenal masyarakat.