Kerennya, sutradara mewujudkan perdebatan batin tersebut dengan hantu Markus tanpa kepala tengah memetik ukulele mengikuti setiap langkah Marlina.
Dalam perjalanan tersebut, Marlina dikejar oleh dua orang anak buah Markus yang tidak ikut tewas.
Marlina kemudian memutuskan untuk menitipkan kepala Markus di sebuah warung dan mendatangi kantor polisi tanpa barang bukti.
Sayangnya, saat sampai di kantor polisi, Marlina justru mendapatkan ‘pelecehan’ yang lain, berupa pertanyaan-pertanyaan dan sikap polisi yang tak menunjukkan rasa empati terhadap korban pemerkosaan.
Diitambah, penanganan polisi yang lambat dengan dalih perlengkapan yang kurang memadai, membuat Marlina putus asa menyerahkan kasusnya kepada kepolisian.
Sebuah kritik cerdas dari film ini terhadap realita yang sering menimpa para korban pemerkosaan di berbagai belahan bumi, terlebih di daerah-daerah tertinggal di Indonesia.
Penasaran bagaimana kelanjutannya? Langsung nonton film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak di Netflix atau melalui link di bawah ini.
Sangat disayangkan jika kamu melewatkan salah satu film berbobot karya anak bangsa ini.