Seperti yang dituturkan Nadiem, belajar dengan tetap mematuhi protokol kesehatan merupakan sebuah kebiasaan baru yang harus selalu diterapkan.
“Kita ini harus bisa melatih kebiasaan baru, proses belajar tatap muka di sekolah dengan protokol kesehatan yang baik,” tegasnya.
Menurut Nadiem, pembelajaran jarak jauh yang terlalu lama akan menimbulkan risiko yang sangat besar, maka pembelajaran tatap muka diharapkan segera dimulai.
“Jadi esensinya itu, sekolah merupakan salah satu sektor yang sampai sekarang belum tatap muka. Dan risiko dari pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang terlalu lama itu sangat besar,” ungkap Nadiem.
Agar dapat segera melaksanakan pembelajaran tatap muka, Kemendikbut mengambil tindakan gesit agar guru dan tenaga kependidikan segera memperoleh vaksinasi.
Melihat kondisi pandemi yang masih belum berakhir, pembelajaran tatap muka kemungkinan tidak dilakukan 100 persen.
“Tapi akan terjadi bisa dua kali seminggu atau tiga kali seminggu. Tapi dengan sistem protokol kesehatan yang harus dijaga,” terang Nadiem.
Karena risiko pembelajaran jarak jauh lebih besar ancamannya pada tingkat sekolah dasar sampai menengah, proses vaksinasi akan diprioritaskan untuk tenaga kependidikan sekolah dasar sampai menengah terlebih dahulu.
Seperti bagi guru sekolah dasar (SD), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Dilanjutkan kepada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Setelah itu baru diberikan kepada perguruan tinggi.