Studi terbaru menyebut kekurangan vitamin D seringkali dikaitkan dengan infeksi Covid-19 tingkat parah.
Hal itu karena Vitamin D disebut dapat memberi hasil pengobatan lebih baik bagi pasien virus corona.
Namun, seorang dokter di Brasil menyatakan peningkatan kadar vitamin D pada pasien yang sakit kritis tidak mempercepat penyembuhan pasien di rumah sakit.
Hal tersebut juga disebutnya tidak menurunkan kemungkinan agar pasien tidak dirawat di ICU hingga pada kematian.
Dalam sebuah makalah yang diposting di medRxiv, sebelum tinjauan sejawat, sebanyak 240 pasien yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 parah secara acak diberikan vitamin D3 dosis tinggi maupun plasebo.
Tercatat 6,7 persen dalam kelompok vitamin D memiliki tingkat gizi "kurang", sementara sebanyak 51,5 persen pasien dalam kelompok plasebo.
Namun, berdasarkan penelitian, upaya pemberian vitamin D tersebut disebut tidak menunjukkan hasil.
Hal yang sama juga terjadi ketika para peneliti berfokus pada 116 pasien dengan kekurangan vitamin D sebelum perawatan.
Para penulis mengatakan suplementasi vitamin D tidak efektif untuk mengurangi lama perawatan di rumah sakit atau hasil klinis lainnya di antara pasien rawat inap dengan Covid-19 yang parah.