Hingga kini, unggahan tersebut telah direspons sebanyak 102 kali dan telah dibagikan sebanyak 22 kali oleh pengguna Facebook lainnya.
Dilansir dari Kompas.com, ketua Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Wawaimuli Arozal mengungkapkan bahwa informasi yang ada dalam video itu salah.
Terkait anggapan bahwa bihun yang disebut mengandung racun dan dapat berubah warna dengan obat merah juga dinilai keliru.
"Informasi tersebut menyesatkan, obat merah itu mengandung iodium, kemudian bila ditambah amylum atau karbohidrat yang berasal dari bihun tadi menyebabkan warna keunguan," ujar Wawaimuli saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/6/2020).
Menurutnya, perubahan warna itu terjadi karena adanya reaksi kimia yang wajar, bukan karena bihun yang mengandung racun atau toksin.
"Daun kelor sendiri banyak mengandung zat gizi, vitamin, protein, dan juga zat besi. Tapi tidak ada hubungannya dengan mentralisir racun," lanjut dia.
Wawaimuli mengatakan, saat ini sudah banyak daun kelor dalam bentuk sediaan bubuk atau ekstrak dari daun yang dikeringkan dan dibuat dalam bentuk kapsul dan lainnya.
Terkait manfaat, ia menjelaskan bahwa daun kelor memiliki efek antioksidan, menurunkan lemak darah, anti peradangan dan lainnya.
"Penelitian mengenai daun kelor atau Moringa oliefera banyak mengenai efek antioksidan, menurunkan lemak darah, anti peradangan, anti-hipertensi dan berbagai penyakit kronik.