Syahrizal menduga tingginya angka penularan terjadi akibat longgarnya pengawasan selama hari raya Idul Fitri.
"Angka DKI kan dampak longgarnya pergerakan (pemerintah) sekitar Lebaran, biasa aja (angka melonjak)," kata Syahrizal melalui pesan singkatnya kepada Kompas.com, Rabu (10/6/2020).
Longgarnya pengawasan tersebut akhirnya mengakibatkan terjadinya peningkatan kontak antarwarga, sehingga potensi penularan semakin tinggi.
Lebih lanjut, Syahrizal menyarankan, Pemprov DKI Jakarta kini harus memantau dan mengontrol angka penularan tersebut agar pelonggaran aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tak perlu dibatalkan.
"Perlu konsistensi penurunan kasus selama 14 hari setelah kasus tertinggi " ujar Syahrizal.
Tak hanya itu, Syahrizal juga mengatakan, selama masa transisi ini, Pemprov DKI Jakarta harus memaksimalkan penerapan protokol kesehatan kepada masyarakat.
Baca Juga: Bak Mukjizat! 2 Kali Terinfeksi Virus Corona Seorang Pria Ini Dinyatakan Sembuh, Ini Rahasianya
Mulai dari mewajibkan pakai masker, melakukan rapid test, hingga menerapkan karantina wilayah di tingkat RT.
"Tidak ada pendekatan ajaib. Ya, tetap saja pendekatannya wajib pakai masker dan jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, desinfektan ruang publik itu saja.