Namun Kazuto Suzuki profesor kebijakan publik di Universitas Hokkaido mengatakan, strategi Jepang dalam melacak kelompok dan hanya menguji orang dengan gejala akut terbukti cukup untuk jumlah kasus yang relatif rendah.
"Uji, uji, uji, bukan strategi Jepang," katanya dikutip dari AFP Kamis (14/5/2020).
Dengan rasio kasus positif dan pengujian sekitar 7,5 persen, "pengujian sudah cukup," katanya. Akan tetapi ia memperingatkan, "Jika ada wabah eksponensial lagi, kita perlu melakukan lebih banyak pengujian."
Suzuki meyakini keberhasilan Jepang tidak jauh dari kebiasaan memakai masker dan menjaga kebersihan serta cuci tangan.
Teka teki Jepang
Virus corona sudah masuk Jepang pada Januari dan sebulan kemudian ditambah maraknya kasus di kapal Diamond Princess, yang saat itu adalah pusat penyebaran terbesar di luar China.
Abe langsung menginstruksikan penutupan sekolah pada akhir Februari, meski penambahan kasus harian kurang dari 200 secara nasional.
Baca Juga: Jadi Pertanda Virus Corona Akan Segera Berakhir, Ini Bukti Covid-19 Alami Mutasi dan Mulai Melemah
Ketika jumlah kasus naik - mencapai angka tertinggi pada 11 April sebanyak 700 kasus sehari - ada kekhawatiran akan melumpuhkan sistem kesehatan Jepang.