"Kenapa bisa 10 persen? Karena kita under detection (tidak terdeteksi), banyak yang bilang contoh itu Korea Selatan, mereka tidak melakukan pembatasan tapi mereka mendeteksi banyak banget," kata dr. Erlina.
Baca Juga: PSBB Berlaku Hari Ini, Sejumlah Layanan Transportasi Menghilang dari Aplikasi, Berhenti Beroperasi?
Deddy kemudian mengungkit ucapan dr. Erlina tentang membeli rapid test hanya membuang-buang uang saja.
Dokter Erlina Burhan kemudian mengatakan kalau alat yang dipakai di Korea Selatan bukanlah rapid test, tapi swab test menggunakan PCR.
"Di Korea pakai PCR, jadi menurut saya lebih baik PCR ini yang diperbanyak," kata dr. Erina.
"Karena nggak semua orang bisa drive thru, artinya pakai mobil itu hanya untuk kelompoktertentu, kita bikin posko istilahnya, pelayannnya gratis tinggal mangap (buka mulut), nanti ada data," jelasnya.
Ia pun mengemukakan alasankenapa rapid test dinilai tidak efektif untuk mendeteksi Covid-19 di Indonesia.
"Kalau saya ditanya, bersama teman-teman di perhimpunan, organisasi profesi dokter-dokter, kita mengatakan ini kadung (terlanjur) udah dibeli," kata dr. Erlina.
"Kalau kadung sudah dibeli artinya dokter mengatakan ini tidak berguna dong?" potong Deddy.
Baca Juga: Dikenal Selalu Peduli Terhadap Orang Lain, Tompi Ungkap Cita-cita Glenn Fredly Satu Ini, Apa?