GridHITS.id -Sampai ketakutan, ini kisahKopassus yang menjalankan misi namun malah dikepung suku kanibal.
Setiap negara tentu saja memiliki pasukan elite penjaga keamanan yang dibanggakan.
Sama dengan negara lain, Indonesia juga memiliki pasukan elite khusus yang bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Patut dibanggakan, Kopassus dikenal sebagai pasukan elite terkuat yang ada di dunia.
Walaupun dikenal dengan kehebatan yang di atas rata-rata, ternyata ada kejadian unik yang membuat prajurit Kopassus ketakutan, ada apa?
Hal ini terjadi ketika prajurit Kopassus mendapatkan sebuah misi setelah ditemukan jasad anak Gubernur New York pada saat itu, Michael Rockfeller yang hanya tertinggal kaki dan masih terpasang sepatu yang disebut milik Rockfeller.
Kabar kematian itu menjadi perhatian internasional termasuk munculnya rumor Rockfeller dimakan oleh suku terasing di hutan Papua Nugini.
Rumor keberadaan suku tersebut tak hanya di Papua Nugini, melainkan di daerah Irian Barat.
Pada tahun 1960-an, daerah Papua diketahui memang masih merupakan hutan belantara yang belum terjamah oleh manusia.
Meski rumor tentang suku pemakan manusia di Papua tersebut masih berhembus kencang, pada tanggal 5 Mei 1969, sekitar 7 anggota pasukan baret merah (RPKAD / Kopassus), 5 anggota Kodam XVII Cenderawasih Papua dan tiga warga asing yang juga kru televisi NBC, AS serta satu wartawan TVRI, Hendro Subroto melaksanakan ekspedisi ke Lembah X yang berlokasi di lereng utara gunung Jayawijaya.
Lokasi ekspedisi tersebut berada di lereng Gunung Jayawijaya yang memiliki pemandangan yang indah.
Suku yang bertempat di lereng tersebut dikenal sangat terasing dan ada kemungkinan suku tersebut masih memakan manusia atau kanibal.
Karena misi tersebut punya risiko yang sangat tinggi, Pangdam XXI / Cenderawasih Brigjen TNI Sarwo Edhie Wibowo berpesan agar tim bisa siap menghadapi segala kemungkinan.
Dalam menjalankan ekspedisi tersebut, semua anggota militer dilengkapi dengan seragam militer lengkap, senapan serbu AK-47 dan pistol, parang, tali-temali dan barang-barang lainnya.
Tim tersebut diterjunkan melalui udara Lettu Sinton terlebih dahulu untuk melakukan orientasi medan melalui udara dengan menumpang pesawat misionaris jenis Cesna.
Sesuai dengan rencana yang sudah dilakukan, tim akan diterjunkan di lokasi padang ilalang yang diduga berhubungan dengan perkampungan yang masih dihuni oleh suku terasing yang kanibal.
Akhirnya pada tanggal 2 Oktober 1969, semua tim ekspedisi lembah X bersama keperluan logistik diterjunkan sesuai rencana meski dengan perasaan tak karuan.
Bukan tanpa alasan, hal tersebut karena mereka harus mendarat di daerah sangat terpencil yang konon didiami suku terasing yang masih suka memakan manusia.
Bisa dibilang, aksi yang mereka lakukan adalah misi nekat.
Apalagi meski bersenjata lengkap para personel RPKAD dan Kodam Cenderawasih melepaskan tembakan kecuali dalam kondisi sangat mendesak.
Tembakan yang diperbolehkan pun merupakan tembakan yang dilepaskan ke atas untuk tujuan menakut-nakuti.
Semua tim akhirnya bisa melakukan penerjunan dengan selamat.
Ia langsung dikepung oleh warga yang hanya melihat koteka sambil mengacungkan tombak, panah, dan kapak batu.
Sadar sedang menghadapi bahaya dan masih terbayang oleh suku ganas pemakan manusia, secara reflek Sintong memindahkan senapan AK-47 di bahu ke posisi di depan dada serta mengokangnya.
Tapi terkejut ketika melihat senapan AK-47-nya, ternyata tanpa majalah karena terjatuh saat terjun.
Dengan kondisi senapan AK-47-nya tanpa peluru yang jelas sama sekali tidak berguna jika harus menghadapi warga suku terasing yang terus memandanginya secara curiga sambil mengacungkan semua senjata tradisional itu.
Tiba-tiba Sintong melihat jika majalah tempat peluru yang jatuh berada di antara warga suku.
Bahkan sedang ditendang-tendang oleh seorang pemuda yang merasa bingung dengan benda asing itu.
Di luar dugaan pemuda itu mengambil majalah dan memberikannya kepada Sintong.
Sebuah pertanda bahwa warga suku itu ingin bersahabat.
Sintong akhirnya membiarkan saja ketika sejumlah warga suku menyentuhnya, lalu memeganginya, untuk memastikan bahwa 'manusia burung' yang jatuh dari langit itu masih hidup dan merupakan manusia seperti mereka.
Meski diliputi oleh perasaan was-was dan awalnya merasa akan diserang dan 'dimakan' semua tim ekspedisi ternyata secara bersahabat.
Bahkan akhirnya mereka bisa diatur secara normal dengan suku terasing itu.
Sebagai suku terasing dan menggunakan bahasa yang saat itu tidak bisa diimplementasikan, semua anggota tim ekspedisi pun harus belajar keras memahami bahasa setempat dengan cara mencatatnya.
Warga lembah X juga masih menjalankan tunggang langgang setiap ada pesawat yang lewat atau melaksanakan dropping logistik karena ada dugaan sebagai burung raksasa yang akan menyambarnya.
Semua warga suku yang tidak takut akan air dan tidak pernah mandi dan mengandalkan mereka yang mengandalkan tanaman tebu liar.
Kebiasaan makan secara tidak sengaja sekaligus berfungsi sebagai sikat gigi sehingga semua warga suku giginya tampak putih bersih.
Meski sempat mengalami musibah ketika sejumlah perahu karet yang ditumpanginya terbalik di jeram dan tim NBC kehilangan rekaman film yang sangat berharga, semua tim ekspedisi bisa pulang selamat pada akhir Desember 1969.
Bagi anggota RPKAD dan Kodam Cenderawasih ekspedisi Lembah X terbilang sukses karena menginspirasi ekspedisi berikutnya yang kemudian dikenal sebagai Ekspedisi Nusantara Jaya.
Tapi bagi kru NBC, ekspedisi itu gagal total karena telah kehilangan semua rekaman yang bernilai jutaan dollar.
Artikel ini telah tayang di GridHot.ID dengan judul AK-47 yang Dibawanya Seakan Tak Berguna, Prajurit Kopassus Ketakutan Setengah Mati Dikepung Warga Suku Kanibal dengan Senjata Tradisional, Akhirnya Justru Tak Terduga