Dituntut Waspada Saat Solo Zona Hitam Covid-19, Pakar Ungkap Tidak Mengenal Kata-kata Zona Hitam: Terakhir Merah

Selasa, 14 Juli 2020 | 08:24
Freepik

Dituntut Waspada Saat Solo Zona Hitam Covid-19, Pakar Ungkap Tidak Mengenal Kata-kata Zona Hitam

Dituntut Waspada Saat Solo Zona Hitam Covid-19, Pakar Ungkap Tidak Mengenal Kata-kata Zona Hitam: Terakhir Merah

GridHITS.id - Pakar ungkap tidak terakhir adalah zona merah saat dinyatakan Solo zona hitam Covid-19.

Seperti kita ketahui bersama jika hingga kini virus corona masih menjadi momok di seluruh penjuru dunia.

Hingga kini, virus covid-19 di Tanah Air kian meresahkan karena kasusnya yang semakin bertambah.

Terbaru, salah satu kota di Tanah Air yakni Solo dinyatakan zona hitam Covid-19 yang membuat masyarakat panik.

Pixabay.com/ geralt

Ilustrasi virus corona

Hal tersebut karena pada Minggu (12/7/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Solo, Jawa Tengah, bertambah sebanyak 18 orang.

Baca Juga: Jadi Bukti Pandemi Masih Panjang, Ahli Epidemiologi Beberkan Fakta Virus Corona Akan Bertahan di Indonesia Sampai 5 tahun ke Depan

Baca Juga: Belum Usai Corona Menyerang, Ratusan Babi di Palembang Dinyatakan Mati Terinfeksi Flu Babi Afrika, Kenali Gejala Ini Sebelum Terlambat

Dengan demikian, jumlah pasien positif virus corona yang telah dikonfirmasi di Solo adalah sebanyak 63 orang hingga Minggu kemarin.

Adapun rinciannya adalah 37 sembuh, 22 rawat inap, dan 4 orang meninggal dunia akibat Covid-19.

Penambahan kasus harian sebagai 18 kasus merupakan catatan tertinggi sejak pertama kali Solo mengonfirmasi temuan kasus positif pada awal Maret lalu.

Dengan tambahan kasus ini, Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, menyebut bahwa Solo sudah masuk zona hitam.

Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 UNS Solo Tonang Dwi Ardyanto menyebut bahwa sebenarnya zona hitam tidak termasuk dalam istilah leveling pada konsep di Gugus Tugas Covid-19.

"Sebenarnya, kita tidak mengenal kata-kata area zona hitam. Kita cuma mengenal leveling-nya sejak dari hijau, lalu kuning, kemudian oranye, dan terakhir merah," kata Tonang mengawali penjelasannya kepada Kompas.com, Senin (13/7/2020) siang.

Adapun arti dari warna-warna tersebut adalah sebagai berikut:

Hijau: Tidak ada kasus positif

Kuning: Ada kasus tetapi penyebaran masih terkendali

Baca Juga: Waspada Virus Corona Menular Lewat Udara, 7 Gejala Langka Ini Akan Mulai Muncul Saat Terkena Virus Covid-19

Baca Juga: WHO Sudah Mengakui Kebenarannya, Begini Akhir Perdebatan Penularan Virus Corona Melalui Udara

Oranye: Penyebarannya tinggi dan memiliki potensi untuk tidak terkendali

Merah: Penambahan kasus banyak dan penyebarannya berisiko tidak terkendali

Lalu, mengapa Solo disebut sudah zona hitam?

Menurut Tonang, penyebutan zona hitam kemungkinan untuk menekankan kepada masyarakat agar tetap waspada.

"Barangkali penyebutan zona hitam tersebut adalah untuk menekankan lonjakan yang terjadi.

Namun, kita berharap leveling-nya tetap sesuai dengan sebelumnya, yaitu maksimal di zona merah," kata dia.

Tonang mengakui bahwa 18 kasus baru yang dilaporkan kemarin menunjukkan peningkatan yang sangat tajam.

"Kemudian, di Solo juga terlihat ada beberapa potensi yang harus diwaspadai dan dapat mengarah ke terjadinya ledakan kasus karena di beberapa titik memang terjadi aktivitas yang cukup tinggi seperti pasar dan tempat umum lainnya," lanjut dia.

Catatan penanganan Covid-19 di Solo Lihat Foto Ruangan isolasi khusus yang disiapkan RSUD Dr Moewardi Surakarta untuk menangani pasien yang terindikasi virus Corona, Senin (27/1/2020).

Menurut Tonang, hingga sekitar sepekan yang lalu, kondisi kasus atau pandemi Covid-19 masih relatif terkendali.

"Kasusnya saat itu tambah 1-2, terhitung sedikit. Itulah kenapa kemudian ketika kemarin muncul jumlah kasus harian yang tinggi, Solo disebut sebagai zona hitam," ujar dia.

Mengenai situasi penanganan Covid-19 di Solo, Tonang menilai, situasinya sudah lebih baik karena ada peningkatan kapasitas pemeriksaan PCR.

"Kalau kapasitas pemeriksaan itu cukup, maka akan memberikan hasil yang benar-benar menggambarkan kondisi terkini," kata dia.

"Kedua, sambil berproses meningkatkan kapasitas pemeriksaan PCR, kita harus menyadarkan masyarakat bahwa masa adaptasi kebiasaan baru ini ada syaratnya," lanjut Tonang.

Adapun salah satu syaratnya adalah memastikan kepatuhan pada protokol kesehatan, baik yang sifatnya pribadi (cuci tangan, menggunakan masker, jaga jarak) maupun komunitas (menghindari kerumunan, mempersingkat waktu rapat/pertemuan, ventilasi di ruangan yang dipakai bersama).

"Dua hal ini yang harus dipegang betul agar kita bisa masuk ke dalam masa adaptasi kebiasaan baru ini," kata Tonang.

Baca Juga: Masker dan Cuci Tangan Tak Cukup Tangkal Virus Corona, Pakar Ahli Bagikan Cara Efektif Cegah Penyebaran Covid-19 Lewat Udara

Baca Juga: Kabar Buruk di Tengah Wabah Corona, Peneliti Kembali Temukan Virus Baru yang Gejalanya Mirip Covid-19

Editor : Safira Dita

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya