Khawatir Terjadi Kluster Corona Baru karena Beli Hewan Kurban, Para Ahli Sarankan Hal Ini

Selasa, 23 Juni 2020 | 10:00
freepik

Hewan kurban

Khawatir Terjadi Kluster Corona Baru karena Beli Hewan Kurban, Para Ahli Sarankan Hal Ini

GridHITS.id -Idul Adha 1441 H jatuh pada Jumat, 31 Juli 2020.

Namun di jalan-jalan pedagang hewan kurban sudah mulai menjualnya sejak sekarang.

Sementaramembeli hewan kurban dalam situasi pandemi Covid-19 mengkhawatirkan.

Baca Juga: Nekat Langgar Imbauan Pemerintah, Bayi Baru Lahir Meninggal Dunia karena Covid-19 Usai Tetangganya Lakukan Hal Ini

Baca Juga: Pedangdut Ini Buka Warung Sembako di Tengah Pandemi Covid-19 hingga Digeruduk Warga: 'Nggak Nyangka Seheboh Ini'

Guna mengurangi potensi infeksi Covid-19 dan memicu kluster baru pada perayaan Idul Adha bagi umat muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia, para ahli menekankan pembelian dan penjualan hewan kurban dilakukan secara daring.

Peneliti Domba di Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Awistaro Angger Sakti mengatakan ada cara yang tepat untuk meminimalisir potensi atau risiko infeksi Covid-19 akibat mobilitas manusia dalam proses jual-beli hewan kurban ini.

Menurut Angger, menjual dan membeli dan membeli hewan kurban secara daring atau online adalah pilihan terbaik yang bisa dilakukan saat ini.

"Terdapat alternatif untuk meminimalkan kontak secara langsung dengan membeli hewan kurban secara daring," kata Angger dalam diskusi daring bertajuk Ngaji Teknologi Penanganan Produk Kurban di Masa Pandemi, Jumat (12/6/2020).

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dan disertakan dalam proses jual-beli secara daring agar aman.

- Data gigi

- Foto hewan kurban secara fisik

- Bobot badan digital

- Paling baik lagi jika pembeli mengenal penjualnya

Baca Juga: Bisa Jadi Contoh, Terungkap Rahasia Daerah di Sumbar yang Perlahan Bisa Atasi Masalah Virus Corona Meski Belum Ada Vaksin

Baca Juga: Pria Ini Ngaku-ngaku Sudah Temukan Obat Corona hingga Sebut Akan Dipertemukan Dengan Presiden Jokowi Oleh Erick Thohir

Teknologi pengemasan daging kurban

Selain itu, ditambahkan oleh Peneliti di Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam LIPI, Andi Febrisiantosa, jika memungkinkan pembelian daging hewan kurban itu juga termasuk langsung penyembelihan oleh pihak penjual.

Hal ini memerlukan tindakan khusus, sebab, kata dia, sebagian besar daging itu mengandung protein dan bahan-bahan organik yang sifatnya mudah rusak oleh banyak faktor, baik dari mikrobiologi, zat kimia maupun karena dehidrasi dan enzimatik.

Akan tetapi kerusakan daging kurban, kata Andi, masih bisa diantisipasi dan tidak membusuk dan aman sampai dikonsumsi oleh masyarakat.

Andi menyebutkan teknik untuk melakukan antisipasi itu adalah dengan menggunakan teknologi preservasi daging.

Preservasi daging ini biasanya dilakukan sebelum dikemas. "Pengemasan daging kurban terlebih dahulu memanfaatkan teknologi sebelum didistribusikan adalah cara yang aman guna melindungi produk dan konsumen dari paparan penyakit," ujarnya.

Teknologi preservasi daging ini, selain membuat daging tidak mudah membusuk, juga akan memperpanjang waktu simpan dan memperbaiki kualitas produk.

Baca Juga: WHO Bunyikan Tanda Bahaya Bagi Masyarakat Dunia! Wabah Virus Corona Mendadak Mengalami Lonjakan Tajam

Baca Juga: 4 Anak Kecil Bersaudara Ini Jualan di Pinggir Jalan Sambil Kerjakan PR Demi Bantu Orangtuanya yang Kehilangan Pekerjaan Akibat Covid-19, Begini Kisahnya

Untuk diketahui, teknologi preservasi daging ini terdiri dari tujuh macam, di antaranya sebagai berikut.

- Cold storage (didinginkan dalam gudang berpendingin)

- Dehydrating (pengeringan)

- Salting and curing (pengasinan dan diawetkan dengan kombinasi bahan-bahan preservatif seperti nitrat, nitrit, gula dan garam)

- Smoking and cooking (pengasapan dan dimasak)

- Canning (pengalengan)

- Irradiation (penyinaran radiasi)

- Standardization, blending, and emulsification (pencampuran dan emulsifer atau zat pengemulsi)

Tidak hanya itu, setelah dilakukan preservasi, daging kurban juga harus dikemas dengan memperhatikan aspek pengemasan.

Kemasan harus melindungi dari perubahan fisik, kimiawi dan biologis, serta efisien agar masyarakat yang akan mengonsumsi daging hewan kurban, di tengah pandemi Covid-19 ini, tetap terlindungi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pandemi Covid-19: LIPI Sarankan Teknologi Preservasi Daging untuk Hewan Kurban"

Tag

Editor : Saeful Imam

Sumber Kompas.com