Corona Membawa Berkah! Nilai Kurs Dolar Hancur karena Utang USA 46 Triliun, Rupiah Pun Menguat dan Pertumbuhan Ekonomi RI Positif
GridHITS.id - Wabah corona masih merajalela di tanah air.
Penderita positifnya masih terus bertambah setiap hari.
Imbas corona merangsek ke sektor ekonomi sehingga membuat nilai rupiah anjlok.
Tapi itu tak lama, karena beberapa hari kemarin, kurs rupiah menguat.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (6/5/2020) akan bergerak di bawah Rp 15.000 per dollar AS.
Sebab menurutnya, ada faktor teknikal positif yang menggiring rupiah kembali positif setelah pada Senin (4/5/2020), rupiah sempat bergerak di atas Rp 15.000 per dollar AS.
Semua itu karena nilai kurs dollar yang mengalami penurunan signifikan.
Kondisi itukarena negara Adikuasa, Amerika Serikat pun harus menghadapi krisis ekonomi dikarenakan wabah ini.
Mengutip dari Gridhot.id, Amerika Serikat (AS) berencana menerbitkan obligasi senilai US$ 3 triliun atau senilai Rp 45.300 Triliun.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan AS tersebut akan memberi dampak pada Indonesia.
"Dampaknya memang ada dua, ke pasar obligasi dan ke nilai tukar rupiah kita," terang Perry, Rabu (6/5) via video conference.
Bila AS kembali menerbitkan obligasi senilai US$ 3 triliun, berarti suplai US Treasury akan meningkat sehingga likuiditasnya pun akan meningkat.
Ini bisa berpotensi meningkatkan suku bunga US Treasury.
Meski begitu, Perry melihat bahwa peningkatan suku bunga tersebut tidak akan terlalu tinggi, sehingga membuat Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia masih akan tetap dilirik oleh investor global.
"Memang suku bunga akan naik, tapi nggak terlalu tinggi. Kalau lihat yield, SBN kita yang bunganya 7,9% - 8,08%. Perbedaan suku bunganya masih tinggi sehingga masih menarik investor global untuk membeli SBN kita," tambah Perry.
Ia menambahkan, penerbitan obligasi ini berpotensi membuat dollar AS melemah.
Baca Juga:Kabar Gembira! Sri Mulyani : THR untuk PNS Akan Tetap Cair Tepat Waktu Tapi...
Dengan pelemahan dollar AS dan masih adanya prospek inflow ke SBN Indonesia, maka ini menjadi peluang emas bagi penguatan nilai tukar rupiah ke depan.
"Jadi kekuatan dollar berkurang dan inflow ke Indonesia masih tinggi. Jadi masih ada ruang penguatan rupiah. Itu pengaruhnya," imbuh Perry.
Arikel ini telah ditulis di GridStar.id dengan judul : Bak Angin Segar bagi Indonesia Usai Pandemi Corona Berakhir, Hutang Rp 43 Ribu Triliun Menanti Amerika, Begini Nasib Rupiah ke Depan di Tengah Krisisnya Ekonomi Paman Sam!