Bukan Kabar Baik, Bila Masyarakat Cuek Ahli UI Prediksi Wabah Corona Berpotensi Baru Berakhir Tahun 2021

Jumat, 03 April 2020 | 10:23
via Boredpanda

Bila masyarakat cuek dan pemerintah tak tegas, wabah corona diprediksi baru berakhir tahun depan

Bukan Kabar Baik, Bila Masyarakat Cuek Ahli UI Prediksikan Wabah Corona Berpotensi Baru Berakhir Tahun Depan!

GridHits.id- Penderita positif corona terus bertambah.

Angka korban meninggal pun terus meroket.

Jumlah kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 bahkan sedikit lagi menyentuh angka 2000.

Lantas, sampai kapan kita harus berjuang melawan pandemi ini?

Baca Juga:Ekonom Faisal Basri :"Ongkos Lockdown 2 Minggu Lebih Murah Daripada Wabah Corona Menyebar Tak Terperikan!"

Baca Juga:Gelah Penikahan di Tengah Pandemi Corona, Feni Rose Harus Tunda Resepsi Sang Anak

Alumnus Departemen Matematika Universitas Indonesia (UI) mencoba menjawab pertanyaan tersebut menggunakan sebuah permodelan matematika.

Dalam Simulasi Covid-19 yang dibuat oleh Barry Mikhael Cavin, Rahmat Al Kafi, Yoshua Yonatan Hamonangan, serta Imanuel M Rustijono ini, terdapat tiga skenario yang memprediksi akhir pandemi Covid-19 di Indonesia.

Menurut Barry, Simulasi Covid-19 ini mereka buat dengan mencari referensi dari sebuah grup yang memang melakukan studi tentang Covid-19 di China.

Mereka kemudian mengimplementasikan metode yang ada pada data kasus kumulatif di Indonesia sejak 2 hingga 29 Maret 2020.

"Jadi mereka melakukan pemodelan matematika tentang kasus-kasus di China, dimana China itu kan kurvanya udah selesai ya, jadi mereka studinya udah lebih established lah, modelnya udah baik gitu," terang Barry saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (31/3/2020).

"Jadi kami coba pakai metode mereka untuk diimplementasikan ke data yang kita punya sekarang di Indonesia," tambahnya.

Baca Juga:Tak Bermaksud Mendahului Takdir, Mbak You Sebut Wabah Virus Corona di Indonesia Bisa Lebih ‘Mengganas’ ke Depannya & Menyerang Manusia, Ada Apa?

Baca Juga:Abaikan Imbauan Pemerintah dan Nekat Gelar Resepsi Pernikahan, 37 Tamu Pun Terinfeksi Virus Corona

Dalam simulasi ini, Barry menerangkan, terdapat empat kelompok populasi.

Di antaranya yaitu populasi masyarakat Indonesia yang memungkinkan terjangkit oleh Virus Corona, kemudian kelompok infected (I), yaitu individu yang terinfeksi namun belum menunjukkan gejala.

Adapun kelompok reported (R), yaitu masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Selanjutnya, yaitu kelompok unreported (U).

Kelompok U ini merupakan individu-individu yang terinfeksi Covid-19 namun tidak melapor karena tidak merasakan gejala yang berat ataupun karena alasan lain.

"Jadi kami juga mempertimbangkan orang-orang yang belum report nih, yang mungkin sudah terinfeksi, sudah ada gejalanya sebenarnya, cuman mungkin gejalanya ringan atau mungkin masyarakatnya tidak punya akses ke layanan kesehatan, jadi mereka tidak melaporkan," terang Barry.

"Nah, itu bisa dipertimbangkan dalam model ini," sambungnya.

Baca Juga:Ramalannya Jarang Meleset, Terawangan Mbak You Soal Kapan Berakhirnya Virus Corona Ini Justru Bikin Nyesek

Baca Juga:Pandemi Corona Berdampak Pada Perekonomian Rakyat, Jokowi Beri Keringanan Cicilan Untuk Ojol dan Pengusaha Menengah

Dalam hal ini, Barry dan rekan-rekannya memunculkan tiga skenario yang memprediksi kapan berakhirnya pandemi Virus Corona di Indonesia.

Menurut Barry, ketiga skenario tersebut didapat berdasarkan perkembangan data kasus Covid-19 di Indonesia serta opini para ahli.

Selain itu, asumsi intervensi pemerintah serta sikap masyarakat juga menjadi dasar munculnya grafik-grafik dalam simulasi ini.

"Dengan model ini, simulasinya sebenarnya bisa dibuat lebih buruk dari yang terlihat di konten, bisa juga lebih baik sebenarnya," kata Barry.

Prediksi Akhir Pandemi Covid-19

Dalam skenario ketiga, Alumnus Matematika UI ini mengasumsikan intervensi pemerintah per 1 April 2020 dapat lebih tegas dan masyarakat pun disiplin menerapkanphysical distancing.

Apabila skenario ketiga ini benar terjadi,maka diprediksi puncak pandemi Covid-19 akan terjadi pada 16 April 2020 dengan jumlah 540-an kasus baru.

Baca Juga:Dianggap Kuat dan Mematikan, Ternyata Virus Corona Dapat Lenyap Dengan Benda ini!

Baca Juga:Andrea Dian Bongkar Tenaga Medis yang Kewalahan Tangani Penderita Corona, 'Pasien Membeludak'

Kemudian akhir pandemi akan terjadi pada akhir Mei hingga awal Juni 2020.

"Skenario ketiga ini skenario optimis ya, dimana kebijakannya tegas, masyarakat disiplin, bantuan dari pemerintah untuk teman-teman yang bekerja di sektor informal juga baik, tidak ada yang keluar-keluar, itu bisa mencapai puncak pandemi di 16 April 2020 dengan angka 540-an," terang Barry.

Barry menegaskan, dalam skenario ketiga ini, setelah memasuki masa akhir pandemi, kasus positif masih akan muncul dengan peningkatan yang relatif kecil hingga pertengahan Oktober 2020.

"Mei sampai Juni itu masih ada kasus baru tapi penurunannya sudah signifikan jadi kami sebut 'akhir pandemi'," terang Barry.

"Tapi angka total kasusnya masih akan terus naik sampai Oktober, dengan peningkatan kasus baru per harinya sudah relatif kecil terhadap puncak pandemi, artinya harapannya sudah bisa di-handle dengan normal oleh rumah sakit," tambahnya.

Menurut Barry, dalam skenario ketiga ini, akumulasi kasus positif akan mencapai angka 17.000 pada pertengahan Oktober 2020.

"Tinggal nanti kita lihat kebijakan pemerintah seperti apa, data barunya nanti akan terkumpulkan, model ini bisa di-update sampai dengan data-data baru yang dikumpulkan," jelas Barry.

Beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi sudah mengeluarkan kebijakan lumayan strategis dalam menangani wabah corona, yaitu diberlakukannya Undang-Undang Darurat Kesehatan.

Bila ini dapat diwujudkan dengan kesadaran masyarakat untuk melaksanakansocial distancingdanphyscial distancing,serta menjaga gaya hidup bersih dan sehat, maka penularan wabah corona dapat diminimalkan.

Tapi kebijakan PSBB memerlukan waktu, apakah efektif atau tidak untuk menghambat penularan corona.

Kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan pada kondisi ini.

BILA PEMERINTAH TAK TEGAS

Hal berbeda dapat terjadi apabila tidak ada kebijakan yang tegas dari pemerintah dalam mengurangi interaksi antarmanusia, sebagaimana yang diprediksi dalam skenario satu.

Demikian juga bila masyarakat tak taat imbauan pemerintah dengan tidak melakukan social distancing dan physical distancing, maka pandemi akan terus mewabah.

Menurut Barry, dalam skenario satu, puncak pandemi baru akan terjadi pada 4 Juni 2020 dengan 11.318 kasus baru.

Baca Juga:Bak Punya Firasat, Mbah Mijan Mendadak Peringatkan Masyarakat Indonesia untuk Buru-buru Lakukan Hal Ini Sebelum Korban Virus Corona Makin Meroket Tajam, Ada Apa?

Baca Juga:Ingin Lakukan Rapid Test Corona? Ini Jejaring Laboratoriumnya di 34 Provinsi

Akumulasi kasus positif akan mencapai ratusan ribu dan masa akhir pandemi baru dimulai pada akhir Agustus hingga awal September 2020.

Sementara itu, pandemi diprediksi baru akan berakhir pada Maret 2021.

Sedangkan dalam skenario kedua, dimana diasumsikan pemerintah memberi kebijakan namun kurang tegas dan kurang strategis sehingga masyarakat tidak disiplin mengimplementasikan physical distancing, maka puncak pandemi baru terjadi pada 2 Mei 2020 dengan 1.490 kasus baru.

Akhir pandemi diprediksi akan terjadi pada akhir Juni hingga awal Juli 2020.

"Sedangkan total kasusnya baru tercapai nanti di sekitar bulan Januari, awal tahun depan, dengan angka mencapai 60.000 kasus," lanjut Barry.

Sementara itu, menurut Barry, apabila tidak ada intervensi sedikit pun dari pemerintah sejak awal munculnya kasus positif Covid-19 di Indonesia, maka lebih dari 50 persen populasi di Indonesia dapat terjangkit Virus Corona.

"Bahkan kalau kita asumsikan tidak ada intervensi sama sekali, kita bisa temui mungkin, kemarin kami coba simulasikan, itu bisa lebih dari 50 persen populasi Indonesia terjangkit," ujarnya.

Baca Juga:Dokter Spesialis Paru Bongkar Rahasia Tangkal Virus Corona Selain Menjaga Kebersihan, Begini Penjelasan Ahli

Baca Juga:Jeritan Hati Suami Saat Andrea Dian Positif Virus Corona, Ganindra Bimo: 'Aku Nggak Siap, Nggak Sanggup'

Menurut Barry, dalam permodelan matematika, selalu ada worst-case dan best-case.

Namun, realitanya akan selalu terjadi di tengah-tengah.

"Kita sih harapannya selalu best-case ya, saya sepakat waktu itu Pak Hadi Susanto bilang dalam hal ini matematikawan berharap modelnya tidak tepat," kata Barry.

"Ya, kami pengin modelnya justru kasus-kasus buruk bisa meleset dan justru hal terbaik yang bisa terjadi," sambungnya.

Dalam pembahasan Simulasi Covid-19 ini, para Alumnus Matematika UI itu pun menyampaikan, kebijakan pemerintah, dan kedisiplinan masyarakat akan sangat menentukan skenario mana yang akan terjadi.

Menurut Barry, saat ini pemerintah masih berjuang menentukan langkah yang paling efektif dalam mengahadapi krisis ini.

"Jadi sebagai bagian dari masyarakat, saya rasa juga penting untuk kita melakuk n hal-hal yang bisa kita lakukan, kami di sini juga menyampaikan itu pada masyarakat agar disiplin," ungkapnya.

"Bukan hanya melakukan physical distancing tapi juga saling membartu sama orang-orang di sektor informal, kalau ada yang kesulitan, kita bisa membantu," tambah Barry.

Barry mengatakan, sangat penting bagi pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan yang tegas dan strategis dalam mengahadapi Covid-19.

Selain itu, masyarakat juga harus disiplin mengikuti arahan pemerintah dalam melakukan physical distancing untuk menghindari kemungkinan buruk yang terjadi.

"Ini sangat terrgantung dari pemerintah mengimplementasi kebijakan dan kita sebagai masyarakat juga harus disiplin sebenarnya," pungkas Barry.

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judulAlumnus Matematika UI Prediksikan Kapan Waktu Pandemi Corona Berakhir di Indonesia, di Akhir Mei,

Editor : Saeful Imam

Sumber : tribunwow

Baca Lainnya