Terjadi Lagi! 90 Warga Dusun di Jawa Tengah Jadi ODP karena Jenguk Pasien Positif Corona

Senin, 30 Maret 2020 | 16:00
kompas, tribunnews

Satu kampung jadi ODP di Kabupaten Purbalingga karena mereka menjenguk pasien positif corona

Terjadi Lagi! 90 Warga Dusun di Jawa Tengah Jadi ODP karena Jenguk Pasien Positif Corona

GridHITS.id - Virus corona sangat menular dan berbahaya, utamanya bagi kaum lansia dan orang dengan gangguan imunitas dan punya penyakit penyerta lainnya.

Untuk itu,penderita covid-19 perlu mendapat perlakuan khusus agar penyakitnya tak menulari orang lain.

Bahkan, saat meninggal, perlakukan serupa perlu dilakukan agar tak membahayakan orang lain.

Baca Juga:Ekonom Faisal Basri :"Ongkos Lockdown 2 Minggu Lebih Murah Daripada Wabah Corona Menyebar Tak Terperikan!"

Baca Juga:Gelah Penikahan di Tengah Pandemi Corona, Feni Rose Harus Tunda Resepsi Sang Anak

Meski sudah meninggal virus boleh jadi masih menempel pada tubuh serta pakaian yang digunakan.

Sayangnya, informasi ini kadang masih kurang dipahami sebagian masyarakat, sehingga pada praktiknya banyak masyarakat yang mengabaikan.

Contohnya saja, beberapa waktu lalu saat jenazah covid-19 akan dikebumikan di Sulawesi.

Keluarga memaksa petugas untuk meminta pulang jenazah ke rumah untuk dimakamkan sendiri, sehingga petugas pun tak bisa menolak.

Sesampainya di rumah, bukannya segera dimakamkan, mereka malah membuka bungkus plastik dan memandikannya.

Akibatnya, seperti dikabarkan beberapa media, mereka pun terserang demam, meski belum dipastikan apakah mereka terkena gejala covid-19 karena memerlukan pemeriksaan laboratorium.

Baca Juga:Tak Bermaksud Mendahului Takdir, Mbak You Sebut Wabah Virus Corona di Indonesia Bisa Lebih ‘Mengganas’ ke Depannya & Menyerang Manusia, Ada Apa?

Baca Juga:Abaikan Imbauan Pemerintah dan Nekat Gelar Resepsi Pernikahan, 37 Tamu Pun Terinfeksi Virus Corona

Kali ini, kecerobohan terjadi di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Sebanyak 90 warga salah satu dusun di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, harus diisolasidi rumahnya, bahkan satu dusun itu dikarantina penuh.

Semua itu terjadi karena mereka kontak dengan penderita positif virus corona.

Awalnya, puluhan warga menjenguk seseorang yang juga warga dusun di Desa Gunungwuled, Kecamatan Rembang itu yang tengah sakit.

Warga yang sakit itu baru pulang dari Jakarta.

Pemuda berusia 15 tahun itu sempat dirawat di rumah sakit, namun karena kondisinya membaik dia dipulangkan.

Baca Juga:Ramalannya Jarang Meleset, Terawangan Mbak You Soal Kapan Berakhirnya Virus Corona Ini Justru Bikin Nyesek

Baca Juga:Pandemi Corona Berdampak Pada Perekonomian Rakyat, Jokowi Beri Keringanan Cicilan Untuk Ojol dan Pengusaha Menengah

Dilansir Tribunnews dan NusantaraTV.com, belakangan diketahui pasien tersebut terjangkit covid-19.

"Ada satu warga yang baru pulang dari Jakarta dalam kondisi sakit, sempat dirawat di RSUD Goeteng dan dipulangkan karena kondisinya membaik, tapi beberapa hari setelahnya baru keluar hasil swab dan positif corona," ujar Kepala Desa Gunungwuled, Nashirudin Latif, Sabtu (29/3/2020).

Tapi sayang, warga sekitar tempat tinggal terlanjur membesuk pasien, karena ketidaktahuan mereka.

Karena kontak dengan penderita positif corona, mereka pun ikut dikarantina.

"Kami secara mandiri melakukan tracing dengan siapa saja korban ini berinteraksi langsung dan menemukan sedikitnya 90 orang dari 30 kepala keluarga (KK) di tiga dusun," jelas Nashirudin.

Baca Juga:Dianggap Kuat dan Mematikan, Ternyata Virus Corona Dapat Lenyap Dengan Benda ini!

Baca Juga:Andrea Dian Bongkar Tenaga Medis yang Kewalahan Tangani Penderita Corona, 'Pasien Membeludak'

Bukan hanya itu, pemerintah desa (pemdes) setempat juga menutup akses jalan dusun.

Warga diminta menjaga jarak dan berada di rumah masing-masing.

Sebagai gantinya, pemdes menanggung biaya hidup warga yang melakukan isolasi mandiri sebesar Rp 50 ribu tiap KK per hari.

Biaya hidup tersebut akan diberikan dalam bentuk bahan pangan atau paket sembako.

"Biaya hidup dari 30 KK selama 14 hari, jadi total sekitar Rp 21 juta. Akan dialokasikan dari APBDes, tapi dari hasil konsultasi dengan bupati katanya mau di-back up," tandas Nashirudin.

Kondisi tersebut, membuat pemerintah desa melakukan local lockdown di dusun itu.

Upaya yang dilakukannya itu menggangu aktivitas masyarakat dari dusun lain.

"Dusun itu ada berada di ujung jadi tidak mengganggu akses kemana-mana, "ujarnya.

Local lockdown ternyata menimbulkan masalah di dusun itu.

Baca Juga:Bak Punya Firasat, Mbah Mijan Mendadak Peringatkan Masyarakat Indonesia untuk Buru-buru Lakukan Hal Ini Sebelum Korban Virus Corona Makin Meroket Tajam, Ada Apa?

Baca Juga:Ingin Lakukan Rapid Test Corona? Ini Jejaring Laboratoriumnya di 34 Provinsi

90 warga dusun itu harus mencukupi kebutuhan selama mengisolasi diri di rumah.

" Selama lock down warga kekurangan makan. Sehingga mengundang BPBD, perangkat untuk melakukan musyawarah bagaimana mengantisipasi ini, "tuturnya.

Nashirudin menuturkan setelah adanya surat edaran dari Presiden, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Gubernur, dan Bupati memberanikan diri untuk merubah Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) untuk mengatasi hal tersebut.

Pihaknya mengambil keputusan mengganti biaya hidup 90 orang yang harus karantina rumah, karena telah kontak langsung dengan warga dusun itu dinyatakan positif corona.

Setiap harinya pemerintah desa memberikan bantuan sebesar Rp 50 ribu per kepala keluarga (KK) selama 14 hari.

"Bantuan itu diberikan dari tanggal 26 Maret 2020. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk sembako," tutur dia.

Masalah Baru

Selama lock down, menurut dia masalah tidak hanya berhenti disitu.

Ayah dari pasien positif corona itu tinggal sendiri di rumah dan harus keluar mencari rumput untuk hewan ternaknya.

" Warga merasa ketakutan. Pemuda di dusun itu juga tidak bisa menerima karena ayah pasien itu telah terlihat terjangkit virus corona, "tuturnya.

Pihaknya pun mengusulkan ke Bupati Purbalinga agar orang tua pasien dinaikkan statusnya menjadi Pasien Dalam Pemantauan (PDP) dan dibawa ke rumah sakit.

" Alhamdulillah sudah disetujui dan tadi siang sudah diambil ke rumah sakit," jelasnya.

Ia berharap kepada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk disiapkan pelayanan kesehatan di dusun tersebut.

Hal ini bertujuan agar bisa memantau kesehatan warga setiap saat di dusun itu.

"Saya tidak bisa menbayangkan jika penyebaran virus hingga 90 orang dan apabila terdampak bersamaan kan tidak bisa dibayangkan terlebih akses menuju dusun itu susah. Jadi harus disiapkan petugas medis yang siap di dusun itu, " tukasnya.

Sementara itu, Kapolsek Rembang AKP Sunarto mengatakan dusun itu melakukan karantina sendiri dan mendapat penyuluhan dari puskemas.

"Memang kemarin ada pemeriksaan terhadap warga yang berkontak langsung dengan pasien suspect corona."

"Mereka harus karantina di rumahnya masing-masing, " jelas dia.

Menurutnya di dusun itu dilakukan penutupan akses jalan. Warga setempat menselektif sendiri masyarakat dari luar yang hendak masuk ke dusun itu.

"Mereka juga menselektif mobil-mobil travel maupun pribadi dari luar kota."

"Mobil-mobil itu diarahkan ke Puskesmas dan dilakukan penyemprotan baik orang maupun mobil, " tuturnya.

Penutupan akses jalan, kata dia, tidak hanya di dusun itu.

Ada lima desa di Kecamatan Rembang yang melakukan hal sama dengan Desa Gunungwuled.

"Kami cuma menyarankan untuk mempelancar perekonomian agar tidak menutup total,"tutur dia.

Ia menyarankan agar masyarakat lebih mengantisipasi kendaraan travel yang datang pada dini hari.

Hal ini diharapkan penumpang dikendaraan tersebut dapat memeriksakan diri.

" Jadi setelah diperiksa penumpang itu bisa masuk ke desa itu. Tapi sebelum masuk harus disemprot disinfektan dulu, " pungkasnya. (RTP).

HATI-HATI SAAT MENENGOK ORANG SAKIT

Pelajaran dari kejadian di atas, sebaiknya kita berhati-hati saat menengok orang sakit apalagi jika ada beberapa gejala yang mengarah kepada corona seperti demam, batuk, pilek, sakit kepala, sesak napas, dan lainnya.

Juga waspadai ODP (orang dengan pengawasan) yaitu orang yang datang dari kota atau tempat dengan wabah corona seperti Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, dan kota lainnya.

Meski mereka terlihat sehat, kita tidak tahu mereka membawa virus berbahaya seperti corona, bukan?

Mencegah lebih baik daripada mengobati, betul kan?

Editor : Saeful Imam

Sumber : tribun

Baca Lainnya