Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Cerita Gus Iqdam yang Mulai Pengajian dengan Hanya 7 Jamaah, Kini Berjumlah Ribuan, Jadikan Musik Jadi Daya Tarik?

Saeful Imam - Kamis, 12 Januari 2023 | 21:29
Kisah Gus Iqdam di pengajiannya yang mendatangkan biduan dangdut

Kisah Gus Iqdam di pengajiannya yang mendatangkan biduan dangdut

Gus Iqdam belum genap berusia 30 tahun. Ia memulai Majelis Ta’lim Sabilu Taubah di Desa Karanggayam, Kecamatan Srengat pada akhir Desember tahun 2018.

Baca Juga:Astagfirullohaladzim! Biduan Dangdut Koplo Menyanyi dan Berlenggak-lenggok di Majlis Taklim dengan Disaksikan Jamaah Laki-laki, Warganet : 'Tanda Akhir Zaman'

Awalnya, hanya tujuh orang jamaah yang mengikuti majelisnya.

Dalam channel youtube Gus Iqdam offiical ia berkata,'Rumiyin babatipun kaliyan tiyang pitu (Dulu waktu awal mulai bersama tujuh orang),' cerita Gus Iqdam dalam channel youtube Gus Iqdam Official.

“Tiyang pitu niku mboten wonten ingkang sarungan (Orang tujuh itu tidak ada yang bersarung) “.

Gus Iqdam memiliki darah kyai, yaitu keturunan Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam Mantenan Udanawu, Kabupaten Blitar sedangkanibunya, Hj Nyai Lanratul Farida adalah putri pendiri pesantren Mambaul Hikam.

Nyai Rid begitu akrab disapa, juga pengasuh Ponpes Mambaul Hikam II di Desa Karanggayam, Kecamatan Srengat. Gus Iqdam memiliki tiga orang kakak kandung dan ia yang paling muda (bungsu).

Di saat Gus Iqdam tumbuh remaja, ayahnya meninggal dunia. Soal pengetahuan agama, ia banyak mengaji kepada KH Dliyauddin Azzamzami atau Gus Diyak pengasuh Ponpes Mambaul Hikam Mantenan Udanawu.

Gus Diyak yang bagi Gus Iqdam sudah seperti ayah sendiri, merupakan saudara ibunya. Selain itu, ia juga nyantri di pondok pesantren Al Falah Ploso Kediri (Berdiri 1924). “Saya santrinyaGus Kausar. Bisa seperti ini karena nyantri di Gus Kausar,” terang Gus Iqdam.

Gus Iqdam memulai Majelis Ta’lim Sabilu Taubah setelah di lingkungannya meminta. Saat itu ia masih kerap menerima undangan ngaji di Lampung, Sumatera. Dimulai dari obrolan warung kopi yang kemudian dikonsultasikan kepada gurunya, Gus Iqdam merintis majelis ta’lim.

Ia melihat harus ada yang mendampingi kaum muda. Terutama mereka yang terlanjur dicap sebagai para pemuda Madesu, harus ada yang mengantarkan ke jalan pencerahan. Langkah yang diambil Gus Iqdam tidak langsung berjalan mulus.

Di awal majelis berdiri, tidak sedikit yang meragukannya. Namun dengan mendapat dukungan Gus Diyak, kendala yang ada justru menjadi penyemangat. “Di awal sempat didebat ilmu agama bersimpangan dengan kenyataan dunia,” kenang Gus Iqdam.

Editor : Hits

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x