Keberanian itu Ari terapkan bersama Fourtwnty, yang memang tidak memiliki agensi tersendiri.
Menurut Ari, tidak adanya ikatan itulah yang membuat Fourtwnty bisa terbang bebas berkreasi dan kini digandrungi oleh banyak pecinta musik di Indonesia.
Usut punya usut, Ari juga melihat keberanian itu dalam diri POCO. Memang, POCO terbukti berani untuk menjadi brand independen pada 2021 lalu demi bisa melawan arus dan menciptakan hal-hal baru.
Dari kesamaan itu, tumbuhlah kolaborasi, di mana POCO membantu Ari untuk menjembatani Fourtwnty dengan para penggiat tren subkultur, yang notabene merupakan audiens utama dari Fourtwnty.
“Fourtwnty itu ya bisa dibilang yatim piatu ya. Enggak ada yang menolong kami selain diri kami sendiri. Sama seperti POCO yang akhirnya berdiri sendiri,” ucap Ari.
Baca Juga:Profil Uki Eks NOAH yang Buat Heboh Usai Koar-koar Soal Musik Haram
“Untungnya, ada subkultur ya, teman-teman gamers, musik, pelukis, perupa, segala macam ya.
Mungkin rasa itu ya yang bikin kami jadi mikir, kok bisa ya POCO menjembatani kami dengan mereka, menampung aspirasi untuk menjadi inspirasi musik kami.
Itu sangat menyenangkan dan aku berterima kasih sama POCO karena aku merasa kayak dirangkul dan punya visi misi yang selaras.”
4. Fokus pada Fungsi, Bukan Gengsi
Sebagai Gen Z yang memang masih muda, mungkin kamu tertarik pada barang-barang yang bisa meningkatkan gengsimu.
Namun, Ari bilang bahwa itu adalah hal yang salah. Yang terpenting dalam suatu barang, utamanya yang ingin kamu beli dengan harga mahal, adalah fungsinya.