Selain dibuat bingung dengan kenyataan yang ada orangtua juga khawatir dengan masa depan anak-anaknya.
Bahkan kekhawatiran terhadap reaksi para tetangga pun menjadi permasalahan bagi orangtua.
Imbas kasus keji ini, Diah sebagai pihak P2TP2A juga merasa marah dengan apa yang terjadi.
Bahkan pihak dinas terkait sempat menawarkan bantuan pada siswa dan orangtua untuk merawat bayi.
Dari P2TP2A sendiri bersedia untuk merawat bayi hasil pencabulan Herry Wirawan.
Apalagi diketahui jika sebagian besar siswa memang berasal dari orangtua yang kurang mampu.
Mereka, kebanyakan adalah buruh harian lepas, pedagang kecil dan petani yang tadinya merasa mendapat keuntungan anaknya bisa pesantren sambil sekolah gratis di pesantren tersebut.
"Alhamdulillah, yang rasanya mereka (awalnya) tidak terima, namanya juga bayi, cucu darah daging mereka, akhirnya mereka rawat, walau saya menawarkan kalau ada yang tidak sanggup, saya siap membantu," katanya.
Niat menuntut ilmu justru menjadi korban kekejian sang guru, santriwati pun sampai ada yang melahirkan sampai 2 kali.
"Saya nengok ke sana (rumahnya), menawarkan (bantuan) kalau enggak sanggup merawat, ternyata mereka tidak ingin dipisahkan anaknya, dua-duanya perempuan," kata Diah.
Korban-korban dari Herry Wirawan ini bahkan sebagian besar masih berada di bawah umur.