“Alman ngaji mba?” kutanya asisten rumah tanggaku yang sibuk merapikan tas anak anak.
“iya bu..” jawab nya singkat dan berusaha mengajak Abi main keluar
“ayok Abi, main sepeda … biar mami mandi dulu ya”
3. 18.09
Adzan magrib berkumandang. Alman anak ketiga ku pulang kerumah setengah jam yang lalu, ia bersemangat menemuiku dan memamerkan hasil tulisan arab nya yang di nilai 90 oleh guru mengajinya.
Bahagia itu sederhana. Dia senang sekali mendapat hadiah permen dari ustadzah karena sudah berhasil menghapal surah AL Asr.
Amir, Arya, dan Alman berlomba meraih tanganku untuk berpamitan, bergegas menuju mushola dan berlari, berlomba siapa yang lebih dulu sampai untuk menunaikan ibadah sholat maghrib.
Haru bahagia menyeruak ke dadaku. MasyaAlloh. Bahagia itu sederhana.
Mushola memang tak berjarak jauh dari rumah. Hanya terhalang satu rumah dari tempat kami tinggal.
Anak anak sudah biasa berangkat sholat dan mengaji sendiri. Ini salah satu yang membuat aku terus berusaha mempertahankan rumah ini.
Lokasi mushola yang sangat dekat dari rumah dan rasa kekeluargaan yang sangat erat antar tetangga ditengah keberadaan minoritas kami, menjadikanku sangat nyaman dan betah disini.