Tapi mas Arif tidak hilang. Dia hanya berhoneymoon di Cappadocia. Kota impianku.Aku memang sudah pernah pergi ke Turki saat menunaikan ibadah umroh, bersamanya. Tapi, kali itu kami tidak menyentuh Capadocia.
Betapa remuknya hatiku melihat dia sudah pergi kesana lebih dulu dengan istrinya yang baru. Istri muda yang baru 12 hari dinikahinya.
Aku tak kenal perempuan itu. Aku tak pernah bertemu perempuan itu. Yang kutahu dari suamiku, wanita itu cantik dan muda.
Aku marah dan murka. Aku merasa dikhianati. Maaf dari Mas Arif tak cukup membuatku tenang. Ya Rabb... Ampuni aku.
10. 19 september 2019
Selesai mandi, aku segera berpakaian. Ini mandi ke lima ku hari ini. Entah karena gerah atau karena kebutuhanku saat ini. Menyenangkan sekali berada dibawah kucuran air.
Aku sudah segar, rapi dan wangi. Melangkah menuju kamar tidur, kulihat jam dinding sudah menunjukan angka sebelas malam. Anak anak tersusun rapi terpejam dikasur.
Bukan saatnya tumbang, aku bukan layangan putus yang tak tentu arah. PR ku masih banyak, keempat anak ini punya masa depan yang indah. Aku percayakan semua pada penopangku Alloh sang Maha Baik.
Jauh dilubuk hati, doaku untuk mantan suami. Aku tidak mampu lagi menunaikan kewajiban sebagai seorang isteri untuknya. Dia resmi bukan milikku sekarang, kulepaskan segala memori perjuangan cinta kami yang dulu.
Aku sudah tidak terikat sebagai istrinya. Semoga ia diberi kesehatan, kelancaran dalam segala urusan. Bukan saatnya memaki. Sampai kapan pun,Aku tak boleh bermusuhan. Dia adalah ayah anak anakku. Kuselipkan namanya dalam doa doaku.