Kesuksesan VOC di Indonesia membuatnya menerbitkan saham pertama di dunia.
Kemudian mendirikan pusat dagang di Asia di kota Jayakarta yang kemudian diubah menjadi Batavia, diberikan hak dagang oleh kesultanan Banten.
Oleh Gubernur Jenderal Pieter Both menjadikan Jayakarta sebagai pusat administrasi, dan mengubahnya menjadi kota dagang terbesar dengan benteng dan pelabuhan.
Tak hanya di Batavia, VOC juga memantapkan dirinya di dekat Jepang, menjadi satu-satunya perusahaan yang diizinkan berdagang di sepanjang Malabar Cost di India, menyingkirkan Portugis, di Sri Lanka, dan Tanjung Harapan Afrika Selatan, dan seluruh Asia.
Untuk melancarkan monopoli komersilnya, VOC juga dengan licik mendirikan pabrik perusahaan untuk pengumpulan hasil dan menekan para penguasa perorangan untuk berbisnis.
Mengendalikan sumber-sumber pasokan produk tertentu seperti produksi cengkeh, misalnya terbatas di Ambon, pala dan gada ke Kepulauan Banda.
Pada abad ke-18, didorong melalui sistem pengiriman paksa dan kontinjensi.
Kontinjensi merupakan bentuk pajak yang terutang dalam bentuk natura di wilayah yang dikendalikan langsung oleh perusahaan.
Seperti pengiriman paksa terdiri dari produksi yang dipaksa ditanam oleh pembudidaya lokal dan dijual kepada perusahaan dengan harga yang ditentukan.
Akibatnya, seluruh sistem perdagangan perusahaan dirancang untuk mengekstraksi hasil bumi dari Hindia Timur untuk dibuang ke pasar Eropa.